TEMPO.CO, Pontianak - Kerumunan orang berdesakan di pintu kaca loket Batavia Air di Bandara Supadio, Pontianak, Rabu malam, 16 Mei 2012. Mereka adalah para penumpang pesawat Batavia Air 205 jurusan Jakarta-Pontianak yang marah karena penerbangan tertunda.
Kemarahan mereka memuncak setelah hingga pukul 22.30 WIB pihak Batavia Air tak juga memberi ganti rugi atas ketidaknyamanan penumpang yang telah menunggu sejak pagi di bandara.
Beberapa penumpang yang emosi lantas membawa Sugianto, Station Manager Batavia Cengkareng, ke Kesatuan Pelaksana Pengawasan Pelabuhan Udara (KP3U) Supadio. Awalnya Sugianto hendak dibawa dengan mobil patroli polisi militer. Namun penumpang kemudian memilih jalan kaki.
Ia diikuti sekitar 80 dari 148 penumpang Batavia Air 205 jurusan Jakarta-Pontianak yang telat lebih dari empat jam. Penumpang lainnya, yang berdomisili di Kota Pontianak, kebanyakan memilih pulang karena letih. Sebagian saling bertukar nomor telepon untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut.
Seorang penumpang, Rasmidi, menenteng tasnya, mengikuti kerumunan penumpang itu. Petugas keamanan bandara mengatakan hanya sebagian penumpang yang bisa mengikuti perundingan. Sementara penumpang sudah tak sabar akan mempolisikan Sugianto karena tak kunjung bisa memberikan keputusan adil.
Para penumpang memilih menunggu Kepala KP3U untuk membuat laporan. Sugianto ketar-ketir juga. Dia memilih kembali berdiskusi dengan petugas Batavia Air Supadio di ruangan pemeriksaan KP3U. Perwakilan penumpang pun kembali dihadirkan. Tak berapa lama, mereka keluar.
Tiba-tiba, Rasmidi, Ketua Kamar Dagang dan Industri Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, yang semula tampak anteng, urun bicara. Dia berdiri di halaman kantor KP3U, meminta atensi dari penumpang lainnya. Suaranya tak keras, tapi lantang. “Permasalahan sebenarnya, pihak Batavia Air tidak mempunyai uang cash untuk membayar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Agar kita semua bisa pulang dan beristirahat, saya akan membantu pihak Batavia mengatasi hal ini,” katanya tenang.
Dia menyatakan kebanyakan dari penumpang menginginkan permasalahan cepat selesai. Persiapan mereka menuju Pontianak sudah dilakukan paling tidak sejak pukul 10.00 WIB. Bahkan, beberapa penumpang yang dari Bandung telah berangkat sejak matahari belum tinggi. “Batavia Air punya uang cash Rp 16 juta, sisanya saya yang talangi. Teman-teman sekalian bisa mendata dirinya untuk mendapatkan pergantian uang,” kata Rasmidi, disambut ucapan syukur oleh penumpang lainnya.
Uang penggantian yang harus dibayarkan Batavia Air untuk 148 penumpang adalah Rp 44 juta. Pendataan pun dilakukan. Sugianto tampak menyalami Rasmidi. Wajahnya sedikit lega. “Saya harap ini menjadi catatan bagi Batavia Air, jadwal penerbangan harus disesuaikan dengan armada yang ada,” ucap Rasmidi. Ia minta jika armada yang beroperasi cuma sedikit, akibat maintenance atau lainnya, jadwal penerbangan jangan terlalu banyak. Memaksakan bisa menyebabkan keterlambatan yang berakibat konsumen kecewa.
Dalam pergantian uang, Rasmidi termasuk di antara sepuluh penumpang Batavia Air yang tidak menuntut pergantian uang cash. “Saya dan sembilan penumpang lainnya lebih memilih pergantian yang sesuai dengan aturan yang berlaku,” kata dia.
ASEANTY PAHLEVI