TEMPO.CO , Tulungagung: Sedikitnya lima kecamatan di Kabupaten Tulungagung ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana. Masyarakat di tempat itu diminta berhati-hati menyusul tewasnya seorang balita dalam serangan puting beliung yang terjadi Jumat petang, 18 Mei 2012.
Juru bicara Pemerintah Kabupaten Tulungagung Suyatno mengatakan kelima kecamatan itu menjadi langganan bencana alam setiap tahunnya. Tak hanya mengakibatkan kerusakan bangunan, bencana yang terjadi juga kerap merenggut korban jiwa. "Kami minta masyarakat di tempat itu untuk waspada," katanya kepada Tempo, Sabtu, 19 Mei 2012.
Lima lokasi tersebut adalah Kecamatan Pagerwojo dan Sendang yang rawan longsor, Kecamatan Pakel dan Sumbergempol dengan serangan puting beliung, serta Kecamatan Besuki yang kerap dihantam gelombang pasang tsunami. Lokasi terakhir merupakan sentra kawasan pantai yang terhubung dengan laut selatan. Mereka adalah Pantai Popoh, Pantai Sine, dan Pantai Sidem.
Satu hal yang dikhawatirkan pemerintah daerah adalah intensitas bencana yang terjadi. Selain cukup sering, bencana itu juga sangat dahsyat dan merusakkan infrastruktur. Ini terpantau dari dua bencana terakhir yang terjadi dua hari berturut-turut di Kecamatan Pagerwojo dan Sumbergempol.
Longsor yang terjadi di Kecamatan Pagerwojo, Kamis, 17 Mei 2012, melumpuhkan akses jalan utama. Akibatnya dua desa di kawasan itu sempat terisolasi dan melumpuhkan aktivitas perekonomian warga.
Belum usai upaya perbaikan yang dilakukan warga, serangan angin puting beliung melanda pemukiman penduduk di Desa Doroampel dan Wonorejo, Kecamatan Sumbergempol, Jumat, 18 Mei 2012. Seorang balita tewas dan dua lainnya luka-luka dalam musibah ini.
Peristiwa tragis ini dialami keluarga Wardiman di Desa Doroampel. Rumah yang dihuni bersama anak cucunya roboh setelah dihajar puting beliung kemarin petang. Wardiman dan istrinya, Satirah, mengalami patah tulang setelah tertimpa atap rumah. Sedangkan cucunya, Kuncoro yang masih berusia tiga tahun meregang nyawa. Bocah cilik itu tewas setelah tergencet reruntuhan bangunan. "Mereka sudah mau keluar rumah saat angin besar, tapi terlambat," kata Warno, kerabat korban.
Selain menyatroni rumah Wardiman, angin juga memporak-porandakan areal persawahan. Saat ini Dinas Pertanian setempat masih menghitung nilai kerusakan yang terjadi.
Pemerintah daerah sendiri langsung mendistribusikan sembako, selimut, dan pakaian ke lokasi bencana. Sebab sebagian warga mengaku takut berada di rumah untuk menghindari serangan susulan. "Mereka sempat ke kantor desa, tapi segera kembali pulang," kata Suyatno.
Untuk mengurangi jumlah korban, pemerintah telah melakukan pelatihan tanggap bencana kepada warga di lokasi rawan. Mereka diajari membaca gejala alam dan langkah penyelamatan diri. Pekan lalu warga di pesisir pantai Kecamatan Besuki dilatih standar penyelamatan bencana tsunami. Selain itu pemerintah juga menyiapkan dana bencana alam untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak.
HARI TRI WASONO