TEMPO.CO, Jakarta - Air Traffic Controller sejatinya bertugas mencegah tabrakan antarpesawat dan pesawat dengan objek lain. Nyatanya, tugas itu tak melulu berhasil. Kapten Pilot Ervin Adhitya, 35 tahun, menuturkan kisahnya berhadapan dengan pengatur lalu lintas udara itu.
Satu kali, pesawat Boeing 737 NG yang dikendalikan Ervin akan mendarat di Soekarno Hatta. Ia pun meminta izin pendaratan ke petugas pengatur. "Lalu saya disuruh ke titik X," katanya kepada Tempo, Rabu pekan lalu.
Layaknya lalu lintas darat, di udara pun pesawat tak bisa langsung mendarat. Dalam kondisi sibuk, pesawat harus antre di udara. Jadilah pilot yang memiliki jam terbang di atas 8.000 itu mengikuti petunjuk ATC.
Ternyata, petugas ATC lalai membiarkan pesawat melewati titik X. "Petugas itu malah panik sendiri dan langsung minta saya balik arah. Untung belum lama kebablasan," kata Ervin.
Kali lain, Ervin juga antre bersama sejumlah pesawat. Tiba-tiba, perintah perubahan posisi moncong pesawat untuk maskapai lain masuk ke radio pesawatnya. Untungnya Ervin sadar, ada pesawat lain di arah yang diperintahkan petugas ATC. "Kalau saya ikuti, bisa-bisa nabrak pesawat lain."
Baca cerita pilot berdebat dengan ATC di sini. Ikuti cerita seputar buruknya kondisi ATC Indonesia di Majalah Tempo.
PRAMONO
Berita terkait
Petugas ATC Tak Menyadari Sukhoi Menghilang?
Centang-perenang Menara Pengawas Pesawat (ATC)
Curhat Pilot Soal ATC: Salah Perintah di Udara
Petugas ATC Tak Menyadari Sukhoi Menghilang?