TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Disaster Victim Identification (DVI) Indonesia Komisaris Besar Anton Castilani mengatakan bahwa keluarga korban tragedi Sukhoi Superjet 100 tidak dapat langsung melihat jenazah korban esok hari. Pihak keluarga harus mendaftar dulu sebelum melihat jenazah.
"Keluarga yang ingin melihat jenazah harus mendaftar ke pos ante mortem dahulu," ujar Anton Castilani saat ditemui di Rumah Sakit Raden Said Sukanto atau dikenal dengan RS Polri, Senin, 21 Mei 2012.
Menurut Anton, prosedur mendaftar bagi keluarga adalah hal yang wajar. Pendaftaran dimaksudkan untuk mengatur jumlah anggota keluarga yang ingin melihat jenazah korban Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Bogor, dua pekan lalu.
"Tentu jumlah anggota keluarga yang melihat dibatasi, tidak langsung semuanya. Bisa kacau kalau tidak dibatasi," ujar Anton menjelaskan lebih lanjut.
Sebelumnya DVI menyatakan bahwa proses identifikasi semua korban Sukhoi Superjet 100 telah selesai dilakukan. Total sebanyak 45 korban berhasil diidentifikasi berdasarkan tes DNA, data gigi geligi, dan sebagainya.
Jenazah korban saat ini masih dilabeli oleh pihak DVI. Hal tersebut sebagai bentuk persiapan sebelum jenazah diserahkan kepada pihak keluarga esok Rabu.
Terkait Sukhoi Superjet 100, pesawat produksi United Aircraft Corporation itu hilang dari kontak dan peredaran radar Rabu pekan lalu, pukul 14.33. Saat ditemukan oleh tim evakuasi, pesawat yang mengangkut 45 penumpang tersebut ditemukan dalam keadaan mengenaskan. Korban juga ditemukan dalam keadaan tidak utuh.
Black box dari pesawat itu sendiri sudah ditemukan dan sudah diunduh isinya oleh pihak Komite Nasional Keselamatan Transportasi. Isinya terkait apa saja yang terjadi sebelum Sukhoi mengalami kecelakaan. Meskipun begitu, detail isinya belum boleh diungkapkan hingga kini.
ISTMAN MP