TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur dari jalur independen, Faisal Batubara menilai organisasi masyarakat (ormas) merupakan hak warga negara yang diberikan melaui konstitusi. Namun, konstitusi itu tidak seharusnya digunakan semena–mena. “Jangan kita memberikan kuasa bagi ormas untuk menentukan mana yang halal dan mana yang haram,” kata Faisal ketika ditemui di Gedung Sasana Persada, Selasa, 22 Mei 2012. Faisal menyoroti kasus ormas yang mengancam akan membubarkan konser Lady Gaga yang dinilai haram bagi masyarakat muslim Indonesia.
Faisal mengatakan dirinya tak paham dengan lagu–lagu Lady Gaga. “Jadi saya tak paham apa yang diprotes ormas,” katanya. Soal gerakan tarian yang dianggap erotis atau porno, kata dia, juga banyak terjadi di pelosok Indonesia. “Kenapa Lady Gaga dilarang, tapi tari ronggeng di pelosok dibiarkan,” katanya. Terkait sexual preference yang ditampilkan penyanyi asal Amerika Serikat itu, kata dia, televisi tidak pernah memberikan sortir untuk itu. “TV kita mengumbar sexual preference, beda sama di luar yang cenderung liar. Kalau TV saja melakukan pembiaran, kenapa konser dilarang,” katanya.
Faisal juga meminta Polisi bersikap tegas dalam menegakkan hukum. “Polisi jangan kalah dengan ormas,” katanya. Secara umum, Faisal menilai ormas di Jakarta cenderung bersikap semena mena dengan mengancam, rusuh atau saling serang dengan kelompok ormas lain. “Ormas seharusnya tidak seperti ini,” katanya. Menurut dia, Ormas seharusnya menciptakan kenyamanan dan menjadi wadah bagi para anggota, “Bukan membuat orang lain tidak nyaman, tidak aman dan mengganggu ketertiban,” katanya.
Aksi ormas yang cenderung anarkis dan melakukan tindak kekerasan, kata dia,merupakan akibat dari adanya pembiaran oleh pemerintah. “Kalau membuat tak nyaman, membuat tak aman, menjadi keresahan, kenapa tidak ditindak,” katanya. Penegakan hukum pada ormas yang membuat lingkungan tak nyaman harus ditegakkan. Namun, pemerintah juga harus menyadari masalah utama dari ormas yang sering membuat suasana tak nyaman . "Tak ada lapangan kerja yang layak untuk masyarakat.”
Menurut Faisal, pemerintah sudah selayaknya membuat lapangan kerja yang layak bagi masyarakat. “Selama ini banyak warga kesulitan mencari pekerjaan. Mau kerja jadi pelayan saja harus lulus SMA,” katanya. Lapangan kerja yang tak layak hanya menumbuhkan premanisme. “Premanisme itu bisa lewat ormas atau kaki lima,” katanya.
AMANDRA MUSTIKA MEGARANI