TEMPO.CO, Jakarta - Maraknya kekerasan yang dilakukan massa tertentu disorot Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Menurut Mega, absennya pemimpin dan lemahnya penegakan hukum merupakan akar pokok persoalan itu.
"Inilah yang saya khawatirkan. Negara kalah dari aksi premanisme massa," kata Mega dalam pidatonya di seminar yang bertajuk "Merindukan Negarawan" yang diselenggarakan Ikatan Alumni Universitas Islam Indonesia di Jakarta, Kamis, 24 Mei 2012.
Menurut Mega, kekerasan tersebut kadang hanya dipicu persoalan perbedaan. Padahal sebagai bangsa, Indonesia berdiri di atas keanekaragaman. "Mengapa sekarang kita semakin mudah goyah oleh perbedaan agama dan suku? Bukankah bangsa ini telah lama mengenal falsafah Bhineka Tunggal Ika?" katanya.
Mega berharap, siapa pun yang kelak menjadi Presiden Indonesia, orang tersebut wajib melaksanakan perintah konstitusi meski berhadapan dengan tekanan massa. Orang seperti itulah, kata Mega, yang berkarakter sebagai negarawan.
Indonesia, dia melanjutkan, sangat merindukan sosok negarawan tersebut. "Syarat hadirnya pemimpin negarawan tidaklah sulit," katanya.
Menurut Mega, sosok negarawan hanya bisa lahir jika dia benar-benar memahami sejarah, Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945. "Memahami nature masyarakatnya yang plural, serta setia terhadap NKRI," katanya.
Menurut Presiden ke-5 Indonesia ini, hal tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh seorang negarawan untuk memimpin bangsa. "Pemimpin juga harus memberikan inspirasi dan mampu menggelorakan kebanggaan terhadap bangsa melalui nation character building," ujar dia.
ANGGA SUKMA WIJAYA