TEMPO.CO , BOGOR: - Tidak ada firasat buruk yang dirasakan Ratih Indarti, 52 tahun, istri Salim Kamaruzzaman, 55 tahun, karyawan Sky Aviation. Salim adalah salah seorang korban tewas dalam tragedi jatuhnya pesawat Superjet 100 di lereng Gunung Salak, Bogor, Rabu, 9 Mei 2012 lalu.
"Tidak ada yang ganjil. Rabu pagi itu, waktu almarhum mau berangkat biasa saja," ungkap Ratih ditemui wartawan di rumah duka, Kompleks Pertanian Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Rabu, 23 Mei 2012.
Namun, kata Ratih, sebelum dia meninggalkan rumah menuju Lanud Halim Perdana Kusumah untuk ikut dalam joy flight Sukhoi, Salim sempat berwasiat kepada istrinya untuk tetap menjaga silaturrahmi dengan sanak keluarga dan handai taulan. Ketika itu, istri korban mengira perkataan suaminya itu sebagai pesan terakhir. "Saya kira itu ucapan biasa saja."
Sebelumnya, sekitar tahun 2008, Salim sempat menyampaikan kepada keluarga jika meninggal minta dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Blender, Kebon Pedes, Kota Bogor. Untuk itu, pihak keluarga sepakat memenuhi keinginan karyawan Sky Aviation itu di TPU Blender.
Ratih dan kedua anaknya mengaku telah merelakan kepergian Salim untuk selamanya. Kendati, dia tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Bahkan, isak tangis Ratih tak terbendung saat jenazah suaminya tiba di rumah duka pada Rabu, 23 Mei 2012, sekitar pukul 13.00. "Saya iklas dengan musibah ini. Semoga suami saya mendapat tempat yang layak disisi-Nya," ujar dia.
Air mata duka juga mengalir dari keluarga besar Salim saat jenazah tiba di rumah suka. Namun, mereka menerima kenyataan itu. Sehingga, ketika mendapat informasi Salimmerupakan salah satu korban jatuhnya pesawat Sukhoi, pihak keluarga sudah menyiapkan makam. "Walau kami sempat syok saat mendapat kabr itu," ujar Ratih.
ARIHTA U SURBAKTI