TEMPO.CO, Jakarta - Ditransaksikan melemah hingga di atas 9.500 per dolar Amerika Serikat di pasar non deliverable forward (NDF) membuat rupiah juga terbatuk-batuk di pasar uang domestik. Supremasi dolar AS terhadap mata uang utama dunia berimbas pada pelemahan rupiah.
Nilai tukar rupiah akhir pekan ini ditutup melemah cukup tajam 186 poin (2,01 persen) ke level 9.454 per dolar AS. Hari ini, rupiah ditransaksikan dalam kisaran yang cukup lebar antara 9.265 hingga 9.515 per dolar AS. Dalam sepekan, rupiah melorot 210 poin (2,3 persen) dari posisi akhir pekan lalu di 9.244 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Lindawati Susanto, menjelaskan ketidakpastian di Yunani membuat dolar AS kembali terapresiasi terhadap mata uang utama dunia yang memicu pelemahan rupiah. Ditambah lagi meningkatnya permintaan dolar AS dari korporat untuk memenuhi kebutuhan rutin membuat rupiah semakin terpuruk hingga ke 9.500 per dolar AS.
Para pelaku pasar yang merasa lebih nyaman memegang dolar AS serta meningkatnya permintaan menjelang akhir bulan membuat rupiah bergerak sangat fluktuatif. Jatuhnya harga saham seiring keluarnya investor asing dari bursa domestik membuat rupiah jatuh cukup dalam,” tuturnya.
Para investor yang mencoba mengurangi potensi risiko kerugian seiring makin tingginya ketidakpastian di Yunani membuat mereka terus mengalihkan investasi dalam dolar AS sebagai tempat safe haven. Antisipasi Yunani keluar dari anggota Uni Eropa yang bisa berdampak buruk bagi pasar finansial membuat mereka lebih merasa nyaman memegang dolar AS.
Indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya sore ini turun 0,302 poin (0,37 persen) ke level 82,185. Indeks yang mengukur pergerakan dolar terhadap mata uang dunia ini bahkan sempat menyentuh level 82,565, yang merupakan level tertingginya sepanjang setahun terakhir.
Dolar Singapura sore ini melemah 0,11 persen, won Korea Selatan 0,26 persen, ringgit Malaysia 0,37 persen, serta baht Thailand juga terdepresiasi 0,16 persen terhadap dolar AS.
VIVA B. KUSNANDAR