TEMPO.CO, Bogor–Delapan orang tewas dan belasan lainnya luka-luka dalam musibah tanah longsor di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Pangradin II, Jasinga, Kabupaten Bogor, Kamis, 24 Mei 2012 malam lalu. Para korban adalah penambang emas liar atau biasa disebut gurandil, yang biasa beroperasi di blok Gunung Pilar, Kawasan Taman Nasional.
Otoy, 32 tahun, warga setempat, mengatakan peristiwa tanah longsor ini terjadi sekitar pukul 20.15 WIB. Saat itu para korban sedang beristirahat sambil minum kopi di sebuah warung. Hujan turun lebat. Tiba-tiba petir menyambar pohon di tebing setinggi 200 meter. "Pohon tumbang dan dinding tanah longsor,” katanya. Longsoran itu tepat menimpa warung kopi.
Menurut Otoy, aktivitas penambang emas liar di blok Gunung Pilar sudah berlangsung sekitar enam bulan. Umumnya para penambang berasal dari Jasinga, Sukajaya, Cigudeg, dan pendatang dari provinsi Banten. "Jumlahnya ratusan," ujarnya.
Kepala Kepolisian Sektor Jasinga Komisaris Uba Subandi membenarkan peristiwa itu. Tidak tertutup kemungkinan jumlah korban bertambah. Polisi sudah berada di lokasi untuk mencari korban yang lain. “Korban yang ditemukan langsung dibawa keluarga masing-masing,” katanya.
Sejumlah wartawan yang berencana meliput musibah itu dihalangi oleh sekelompok penambang liar. Mereka tidak ingin kejadian itu diliput oleh media massa. Bahkan mereka tidak segan-segan untuk berbuat kasar. "Kami batal menuju lokasi," ujar Yopi dari RRI Bogor.
Baca Juga:
Diduga para gurandil tersebut tidak ingin kegiatan penambangan liar di kawasan Gunung Halimun diekspos. Mereka khawatir jika musibah itu diberitakan, pemerintah akan melarang penambangan dan menutup kawasan itu.
ARIHTA U SURBAKTI
Berita lain:
Bawa Narkoba, Putri Pedangdut Ditangkap
Tiap Bulan, Terjadi 10 Aksi Pelecehan Seksual di Depok
Dua Satpam IPB Tewas Ditembak Perampok
John Kei Masuk Sel Tahanan Lagi
Di Balik Gagasan Kopaja Boleh Masuk Busway
240 Siswa SMA dan SMK Tak Lulus Ujian Nasional