TEMPO.CO, Jakarta- Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto menyatakan banyak pemimpin negeri yang tidak lagi menggunakan hati nuraninya saat menjalankan jabatannya. “Mereka hanya menggunakan akalnya,” kata Wiranto saat ditemui di tengah acara "Kibar Srikandi Hanura untuk Negeri" di lapangan Monumen Nasional, Ahad, 27 Mei 2012.
Akibatnya, kata dia, pemimpin-pemimpin tersebut hanya memikirkan untung rugi tanpa memandang apa yang ia lakukan merupakan perbuatan yang baik atau buruk. Ini, kata dia, menjadi indikasi penyebab maraknya korupsi dan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat negara.
Jika mereka menggunakan hati nurani, ujar Wiranto, sebelum melakukan korupsi dan penyalahgunaan wewenang para pejabat birokrasi tersebut akan bertanya kepada hati nuraninya apakah perbuatan tersebut baik atau buruk dan melanggar hukum atau tidak. Wiranto mengatakan jika para pejabat menggunakan hati nuraninya, pasti tidak melakukan perbuatan itu karena hati nurani akan berkata jangan.
Dalam acara peringatan ulang tahun pertama Srikandi Hanura, yang merupakan salah satu organisasi wanita onderbouw Hanura, Wiranto meminta masyarakat kembali menggunakan hati nurani dalam kesehariannya. “Jika hati nurani telah kembali ke dada setiap insan Indonesia, terutama para pemimpin kita, niscaya keadaan negeri ini dapat kita perbaiki dengan sangat mudah,” kata dia.
Wiranto mengharapkan Srikandi Hanura dapat menjadi pergerakan yang mampu menyadarkan setiap orang untuk kembali pandai menggunakan hati nuraninya. Tidak hanya masyarakat biasa, tapi juga para pemimpin bangsa, sehingga segala bentuk kejahatan dan diskriminasi dapat hilang.
RAFIKA AULIA