Ini Empat Hambatan Pengembangan Mobil Nasional
Reporter: Tempo.co
Editor: Tempo.co
Senin, 28 Mei 2012 18:08 WIB
Wakil Walikota Solo FX.Rudy Hadirudyatmo memeriksa mobil Esemka Rajawali sebelum diberangkatkan ke Jakarta untuk melakukan uji emisi di Solo technopark, Senin (28/5). TEMPO/Andry Prasetyo
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan industri otomotif murni hasil karya dalam negeri. Dengan potensi pasar dan nasionalisme yang sedang tumbuh, peluang mobil nasional untuk berkembang akan tinggi. Namun, proyek ini juga dihadapkan pada sejumlah tantangan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Menteri Perindustrian Mohammad Sulaeman Hidayat, salah satu hambatan yang dihadapi ialah preferensi konsumsi masyarakat. “Selera masyarakat tidak bisa dipaksakan,” kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Senin, 28 Mei 2012.

Karena itu, kata Hidayat, pemerintah harus memberi bantuan untuk mengembangkan mobil nasional. Salah satunya berupa penetrasi pasar. Selain tantangan pasar, mantan ketua Kamar Dagang dan Industri ini membeberkan sejumlah hambatan lain. Berikut beberapa di antaranya.

1. Layanan purna jual. Tantangan yang dihadapi pengembangan mobil nasional adalah jaringan pelayanan pascapenjualan, bengkel resmi, serta pasokan suku cadang. Pendirian infrastruktur ini memerlukan dukungan pemerintah dan pihak lain. “Misalnya bekerja sama dengan bengkel umum, balai teknis, dan mengembangkan pusat servis di sekolah kejuruan otomotif,” kata Hidayat.

2. Nilai jual kembali atau resale value yang rendah. Untuk mobil pemula, nilai produknya tak akan setinggi merek mapan yang sudah lama bercokol di pasaran. Rendahnya nilai jual ini pun berkaitan dengan pandangan konsumen mengenai kualitas mobil tersebut. Hal lain yang berpengaruh pada faktor ini ialah jaringan purna jual dan bengkel yang terbatas.

3. Skala keekonomian untuk industri. Pengembangan mobil nasional mutlak mempertimbangkan skala keekonomian sehingga layak dijalankan. Skala ini diperhitungkan jumlahnya dan diperbandingkan dengan permintaan pasar yang ada. Jika konsumennya masih rendah, sulit bagi pabrikan untuk bertahan memproduksi kendaraan jenis ini.

4. Terbatasnya kemampuan industri pendukung. Menteri Hidayat mengakui penyediaan komponen mobil nasional amat terbatas karena dipasok oleh industri kecil dan menengah. Kualitas dan kontinuitas produksi suku cadang itu relatif masih rendah. "Apalagi Indonesia harus benar memperhatikan aspek teknis terkait regulasi keselamatan serta hak kekayaan intelektual saat memakai komponen impor agar tidak dituntut oleh pihak lain,” ucapnya.

I WAYAN AGUS PURNOMO

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi