TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha ban akhir-akhir ini mengeluhkan mengenai naiknya harga gas bagi industri hingga 45 persen. Karena kenaikan gas yang signifikan itu, sejumlah perusahaan pun mengganti bahan bakar dengan beralih ke batu bara. PT Goodyear Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan yang melakukan perubahan itu.
Presiden Direktur Goodyear Marco H. Vlasman mengatakan sejumlah permasalahan dihadapi perusahaan pada tahun ini. Antara lain penetrasi ke pasar original equipment for manufacturer (OEM). Saat ini perusahaan sudah memiliki tiga OEM dan berharap akan bertambah lagi.
Kapasitas berlebihan di industri ban dalam negeri menjadi satu permasalahan lainnya. Akibat itu, persaingan pasar domestik semakin ketat.
Masalah lainnya adalah gas dan listrik. "Utility cost adalah masalah besar di Indonesia. Naiknya harga gas membuat kami memindahkannya ke tenaga batu bara," ujar Marco dalam paparan publik, Rabu, 30 Mei 2012.
Meski harus melewati sejumlah permasalahan itu, dia yakin perusahaan masih akan bertumbuh pada tahun ini. Apalagi didukung dengan kondisi ekonomi Indonesia yang dianggap semakin baik.
Tingginya daya beli masyarakat juga menjadi faktor penting. Karena itu, dia percaya penjualan mobil masih meningkat meski ada rencana pembatasan uang muka kredit (down payment) yang bakal berdampak pada penjualan kendaraan bermotor. "Kami masih bagus di kuartal I, begitu pula dengan ekspor," kata dia.
Pada rapat umum pemegang saham tahunan hari ini, Goodyear berencana membagikan dividen sebesar Rp 260 per saham dari laba bersih perseroan per 31 Desember 2011. Ini merupakan dividen tunai setelah sebelumnya perusahaan memberikan dividen interim pada tahun lalu di tahun buku yang sama dengan nilai nominal Rp 250 per saham.
"Berarti ada peningkatan 4 persen nilai nominal dividen tunai dibandingkan nilai nominal dividen interim. Untuk totalnya, kami belum dapat mengatakannya," kata Marco.
Sepanjang tahun lalu, Goodyear mencatatkan penurunan tajam pada laba bersih hingga 71 persen, yaitu mencapai US$ 2,16 juta. Padahal, pada 2010, perusahaan memperoleh laba sebesar US$ 7,42 juta.
Laba per saham emiten dengan kode efek GDYR pun turun ke posisi US$ 0,05 dari tahun lalu menyentuh angka US$ 0,18. Penjualan bersih pun naik tipis 7,2 persen atau sebesar US$ 207,31 juta dibandingkan 2010 sebanyak US$ 193,37 juta. Biaya penjualan meningkat 11 persen menjadi US$ 193,29 juta dari US$ 174,15 juta pada 2010.
Marco mengatakan selama ini perusahaan sudah menjadi penyedia suku cadang asli untuk sejumlah pabrikan otomotif, di antaranya Mercedes Benz, Daihatsu, dan Hino. Goodyear pun mengekspor hasil produksi ke negara-negara ASEAN, Asia, Timur Tengah, Eropa, Australia, Amerika Utara, dan lainnya.
Sedangkan untuk posisi keuangan perusahaan di kuartal pertama 2012, laba bersih naik ketimbang periode serupa tahun lalu menjadi US$ 1,9 juta. Sementara penjualan bersih turun dari US$ 55,8 juta di kuartal 1 2011 menjadi US$ 54,1 juta di Maret 2012. Namun harga pokok penjualan turun menjadi US$ 48,4 juta dari sebelumnya US$ 51,4 juta.
SUTJI DECILYA