TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebuah pondok pesantren di lereng Gunung Merapi dijadikan tempat kajian pencegahan bunuh diri. Pondok Pesantren Al Qodir dengan ratusan santri itu di bawah asuhan seorang kiai nyentrik, Masrur Ahmad M.Z.
Banyaknya kasus bunuh diri akhir-akhir ini membuat kiai gondrong itu prihatin. "Sayangnya, sampai saat ini pemerintah ataupun institusi lain masih kurang memperhatikan fenomena bunuh diri ini," kata Masrur di Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Sabtu, 2 Juni 2012.
Menurut dia, bunuh diri merupakan masalah yang kompleks. Penyebabnya bisa karena faktor ekonomi, pendidikan, kesehatan, kejiwaan, spiritual, dan banyak faktor lainnya, bahkan karena percintaan.
Atas berbagai pertimbangan, kata dia, Pesantren Al Qodir yang selama ini fokus pada nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan mempelopori berdirinya lembaga yang fokus membahas masalah bunuh diri dan pencegahannya.
Maka berdirilah Lembaga Kajian dan Pencegahan Bunuh Diri (LKPBD) Kunang2 di bawah Yayasan Pondok Pesantren Al Qodir. Lembaga itu bukan hanya mengkaji secara teori sebab musabab terjadinya bunuh diri, tapi diharapkan bisa memberikan solusi agar masyarakat yang bermasalah kembali mempunyai semangat meneruskan hidup dan tidak putus asa atau kehilangan akal sehat, juga gila.
Masrur menyatakan definisi bunuh diri juga masih menjadi pertentangan di berbagai kalangan. Ia mencontohkan pelaku bom pesawat World Trade Center di Amerika Serikat. Ada pihak yang mengatakan bunuh diri. Tetapi, ada juga pihak yang mengatakan jihad atau martir. Begitu pula dengan harakiri, ada yang menganggap bunuh diri, ada juga yang menilai perbuatan mulia demi harga diri.
"Pelaku bunuh diri juga berasal dari beragam kalangan, tidak hanya didominasi orang miskin atau orang yang tingkat pendidikannya rendah. Tapi juga dari kalangan terpelajar dan orang-orang kaya," kata dia. Bahkan bunuh diri juga dilakukan oleh kalangan mahasiswa, politikus, dan bos-bos perusahaan besar.
Pesantren yang dijadikan posko saat terjadi erupsi Merapi itu menggelar seminar dan diskusi tentang "Bunuh Diri Masa Kini" pada Sabtu, 2 Juni 2012. Lembaga itu menggaet beberapa pihak seperti akademikus, psikiater, psikolog, kiai, tokoh lintas agama dan kalangan lainnya.
Menurut Ketua LKPBD Kunang2 Al Qodir, Wiranata Adi Sasmita, fenomena bunuh diri sudah ada sejak zaman purba dan terus terjadi hingga sekarang. Model dan cara bunuh diri juga mengalami perkembangan. "Perkembangan dan cara bunuh diri semakin kreatif. Karena itu perlu kajian, pencegahan, dan penanganan orang yang berpotensi untuk bunuh diri," kata dia.
Bunuh diri merupakan salah satu dari sepuluh penyebab teratas kematian di setiap negara. Selain itu, juga merupakan satu dari tiga penyebab utama kematian pada kelompok umur 15-44 tahun dan nomor dua untuk kelompok 10–24 tahun.
Pada 2010 World Health Organization melaporkan angka bunuh diri mencapai 1,6–1,8 per 100.000 jiwa. Angka itu bisa jadi masih lebih besar lagi mengingat fenomena bunuh adalah ibarat gunung es. "Yang tampak hanya puncaknya sementara yang tertutup dan ditutupi sesungguhnya lebih besar lagi," kata dia. Diperkirakan pada tahun 2020 angka bunuh diri secara global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa.
MUH SYAIFULLAH
Berita lain
Tere Juga Mundur dari Demokrat
10 Siswa SMP Lulusan Terbaik Tahun Ini
KPK Tahan Miranda Sore Ini
Soal Video Porno, PDIP Tunggu Putusan BK
Demokrat Bantah Pengunduran Tere terkait Hambalang