TEMPO.CO, Jakarta - Italia sangat mungkin akan menjadi juara di Euro 2012. Prediksi itu gencar disuarakan banyak pihak setelah muncul kasus pengaturan skor di liga domestik negara tersebut. Pada 2006, saat muncul kasus serupa, Azzuri juga mampu menjuarai Piala Dunia.
Cesare Prandelli, pelatih Italia, menolak perbandingan itu. “Perbandingan dengan 2006 tampak klise bagi saya. Mereka mengatakan, pada saat sulit, Italia akan lebih bersatu,” katanya. “Saya memang berharap itu memberi efek, tapi saya tidak percaya teori bahwa Italia hanya memberi yang terbaik saat berada di bawah tekanan.”
Namun mitos bahwa Italia selalu mampu tampil bagus saat berada dalam tekanan didukung fakta. Tim itu selalu berhasil menjadi juara saat sepak bola domestik mereka berada dalam kondisi tidak kondusif.
Pada 1982, Azzuri meraih titel juara dunia setelah didahului kasus suap di kompetisi domestik. Paolo Rossi, penyerang utama Italia yang mencetak enam gol dalam turnamen tersebut, terlibat dalam kasus yang dikenal di Italia sebagai skandal Totonero. Rossi terlibat saat masih memperkuat Perugia, dan saat itu ia dikenai sanksi tiga tahun dilarang tampil. Sanksi tersebut berkurang menjadi dua tahun setelah adanya permohonan banding.
Skandal Totonero itu diungkap Guardia di Finanza, sebuah badan penegakan hukum yang berada di bawah Kementerian Ekonomi dan Keuangan Italia, setelah mendengar kesaksian dari beberapa pihak yang mengetahui bahwa beberapa pemain Italia menjual pertandingan demi uang. Skandal itu kemudian menyeret beberapa klub di Seri A, seperti AC Milan, Lazio, Perugia, Bologna, dan Avellino, serta beberapa klub Seri B, seperti Taranto dan Palermo.
Kasus serupa muncul menjelang Piala Dunia 2006 di Jerman. Dalam skandal yang kemudian lebih dikenal dengan “calciopoli” itu, beberapa klub besar Seri A terbukti mengatur skor, yang berbuntut didegradasinya Juventus ke Seri B. Direktur Teknik Juventus Luciano Moggi dijatuhi sanksi tidak boleh terlibat dalam sepak bola seumur hidup. Entah kebetulan atau tidak, Azzuri pun meraih titel juara dunia keempatnya setelah mengalahkan Prancis di Berlin lewat adu penalti.
Berselang enam tahun, dalam persiapan menuju Piala Eropa 2012, Italia kembali diguncang skandal suap yang melibatkan sejumlah klub Seri A dan Seri B. Prandelli pun meninggalkan salah seorang pemain andalannya, Domenico Crisito, karena diduga terlibat.
Selain mitos skandal yang berefek terhadap kesuksesan Italia, mitos lain yang selalu mengiringi Italia adalah kesuksesan Juventus yang selalu berdampak terhadap perjalanan timnas Italia. Seperti saat Piala Dunia 2006, saat Juventus mengirim lima pemain ke timnas dan menjadi klub yang paling banyak menyumbang pemain, selain Milan, Italia menjadi juara dunia.
Perjalanan Italia di turnamen besar pun sering dikandaskan oleh para pemain yang kemudian juga memperkuat Juventus, dan sukses. Pada Piala Eropa 1996, Italia kalah oleh Republik Cek melalui gol tunggal Pavel Nedved. Enam tahun berselang, Nedved pindah ke Juventus.
Di Piala Eropa 2000, Italia gagal di final, setelah David Trezeguet mencetak gol di ujung pertandingan. Seusai turnamen, pemain keturunan Argentina itu pindah pula ke Juventus. Di Piala Eropa 2004, Italia gagal lolos dari putaran grup setelah Swedia dan Denmark “bermain mata” dalam pertandingan terakhir.
Dalam dua pertandingan awal, Italia bermain tanpa gol dengan Denmark. Lalu, dalam pertandingan kedua, Italia ditahan Swedia 1-1, meski telah unggul hingga menjelang laga usai. Gol balasan Swedia dicetak Zlatan Ibrahimovic. Untuk lolos dari grup, Italia harus menang atas Bulgaria dalam pertandingan terakhir, tapi Denmark dan Swedia tidak boleh bermain imbang. Nyatanya, meski Italia berhasil mengalahkan Bulgaria, Swedia dan Denmark bermain imbang 2-2. Dua negara Skandinavia itu pun lolos. Italia digagalkan oleh gol Ibrahimovic dalam pertandingan kedua. Seusai turnamen itu, Ibrahimovic bergabung dengan Juventus dari Ajax Amsterdam.
Namun, tidak seperti kebanyakan orang Italia yang percaya pada mitos, Prandelli lebih logis dan realistis. Bagi dia, pencapaian baik dalam sebuah turnamen harus melalui persiapan yang juga matang. Tak mengherankan, sebelum uji coba melawan Rusia, mantan pelatih Fiorentina itu sempat melontarkan wacana menarik diri dari Piala Eropa, meski kemudian Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) berkeras untuk jalan terus. “Kami hanya bisa memberikan yang terbaik dalam suasana tenang,” kata Prandelli.
Dalam situasi keruh itu, Prandelli memang harus melihat timnya kedodoran dalam persiapan menuju Polandia-Ukraina. Salah satu pertandingan uji coba batal karena ada insiden gempa bumi. Kemarin dinihari, Azzuri juga dibekap Rusia 0-3 dalam uji coba terakhirnya di Swiss. Kemenangan Rusia ditentukan oleh gol Alexander Kerzhakov dan dua gol Roman Shirokov.
BERBAGAI SUMBER | ARIE FIRDAUS
Berita Populer:
Fernando Torres: Saya Merasa Terlahir Kembali
Tujuh Remaja Siap Mengguncang Euro 2012
Barcelona Terpopuler di Media Sosial
NKOTBSB, Konser Nostalgia dengan Beragam Kejutan
Setelah Inter Milan, Giliran Everton ke Indonesia
Miranda dan 2 Buku Ekonomi di Tahanan
Suu Kyi Mendapat Sambutan di Pidato Pertama
Ada Lomba Mencuci Pesawat di Surabaya