TEMPO.CO, Malang - Sebanyak 20 balita di Kota Malang, Jawa Timur, mengalami gizi buruk. Dua di antaranya mendapat pantauan khusus karena juga menderita penyakit berbahaya sehingga harus menjalani perawatan di rumah sakit. "Selain gizi buruk, juga menderita radang paru, kelainan usus, dan jantung bocor," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Enny Sekar Rengganingati, Minggu, 3 Juni 2012.
Enny menjelaskan penanganan medis terhadap mereka dilakukan melalui beberapa tahap. Yang lebih dahulu diatasi adalah penyakit berbahaya, misalnya penyakit radang paru-paru. Setelah itu dilakukan tahapan penanganan gizi buruk dengan memberikan makanan tambahan berupa susu dan biskuit tinggi kalori dan protein. Tujuannya untuk memulihkan berat tubuh balita agar kembali normal.
Enny mengingatkan bahwa balita penderita gizi buruk rawan mengalami gangguan kesehatan, kekebalan tubuhnya lemah, dan dampak jangka panjang mengalami kebodohan. Adapun penyebab gizi buruk karena berbagai faktor. Selain faktor kemiskinan, juga orang tua tidak mengerti asupan makanan bergizi yang baik untuk balita.
Untuk mengatasinya, Dinas Kesehatan menugaskan bidan dan petugas kesehatan mendatangi kelompok masyarakat. Mereka bertugas memantau kesehatan balita di sejumlah pos pelayanan terpadu (posyandu) di setiap kelurahan. Selain itu, balita juga mendapat makanan tambahan untuk menjaga kesehatannya. Masyarakat diminta waspada jika berat badan balita terus menurun.
Anggota Komisi Kesejahteraan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang, Sutiadji, menyatakan keprihatinannya karena masih ada balita gizi buruk di Kota Malang. Sutiadji menilai Dinas Kesehatan harus bertanggung jawab karena masih adanya balita yang menderita gizi buruk. "Harus ditelusuri kenapa Kota Malang masih ada penderita gizi buruk," ujarnya.
Sutiadji mengingatkan bahwa selama ini Pemerintah Kota Malang menganggarkan dana besar untuk bantuan kesehatan dan balita. Namun Sutiadji tidak menyebutkan jumlahnya.
EKO WIDIANTO