TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Agus Martowardojo menegaskan postur anggaran negara masih aman dari tekanan dolar yang membuat nilai tukar rupiah melemah. “Tidak terlalu mengkhawatirkan,” katanya di kantor Kementerian Keuangan, Selasa, 5 Juni 2012.
Meski demikian, dia mengakui, nilai tukar rupiah terhadap dolar yang berkisar Rp 9.000 hingga Rp 9.500 tetap menjadi perhatian pemerintah. “Harus terus diperhatikan.”
Optimisme tersebut, kata Agus, karena memandang dampak dalam jangka waktu sesaat. “Kalau mau lihat kondisi, harus melihat jangka waktu tertentu,” katanya.
Mendapat gempuran dari faktor global maupun domestik membuat nilai tukar rupiah sempat terseok-seok hingga sempat menembus level 9.600 per dolar Amerika Serikat pekan lalu. Kedigdayaan dolar AS serta keluarnya dana asing dari bursa lokal membuat rupiah bergerak liar dalam beberapa pekan terakhir.
Namun konsistensi Bank Indonesia dalam menjaga mata uangnya di pasar dengan melakukan intervensi langsung serta intervensi verbal mampu menahan pelemahan rupiah. Jumat lalu, nilai tukar rupiah ditutup di level 9.390 per dolar AS atau menguat 64 poin (0,7 persen) dari posisi minggu sebelumnya di 9.454 per dolar AS.
Data ekonomi Negeri Abang Sam yang dirilis Jumat lalu agak mengecewakan. Angka penambahan lapangan kerja dan indeks manufaktur di bawah perkiraan analis. Adapun jumlah pengangguran naik menjadi 8,2 persen. Dampaknya, Greenback (sebutan dolar) terdepresiasi karena sebagian pelaku pasar mengalihkan portofolionya ke dalam yen Jepang.
Mata uang euro berhasil menguat hingga di atas level US$ 1,24, yang membuat indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya turun 0,156 poin (0,19 persen) ke level 82,973. Rully Nova, pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara, mengatakan, meski rupiah menguat pekan lalu, tekanan belum berakhir. “Setidaknya hingga pemilihan umum Yunani 17 Juni mendatang,” tuturnya.
Menjelang pemilu Yunani, rupiah berpotensi tertekan hingga 9.500-9.600 per dolar AS. “Bila kondisi Eropa semakin memburuk dan investor asing kembali keluar dari bursa domestik,” ujarnya.
AKBAR TRI KURNIAWAN | VIVA B KUSNANDAR | PDAT