TEMPO.CO , Berlin --Selama sepekan, pemerintah Jerman memfokuskan diri buat kebijakan tentang organisasi Salafi. Organisasi garis keras yang ditengarai mempunyai ikatan dengan ekstremis. Akhirnya, Kamis, 16 Juni 2012, pemerintah membuktikan fokusnya tersebut. Pemerintah menggerebek fasilitas Salafi di tujuh kota besar. Mereka pun melarang satu organisasi paling penting di kelompok Salafi, Millatu Ibrahim. Seribu polisi terlibat dalam penggerebekan markas-markas Salafi hari ini.
"Aksi organisasi berlawanan dengan ide konstitusional dan kesepahaman tentang multikultural," ujar Menteri Dalam Negeri Jerman Hans-Peter Friedrich, Kamis, 16 Juni 2012. Menurut dia, kelompok yang dilarang itu mempromosikan kekerasan sehingga melawan konstitusi.
Mengikuti larangan itu, Pemerintah kini mengawasi dengan ketat dua kelompok Salafi lainnya. Pemerintah berharap bisa menemukan bukti untuk melarang dua kelompok tersebut.
Otoritas memperkirakan 4 ribu orang telah bergabung dengan kelompok Salafi. Angka pertumbuhan tercepat di seluruh Jerman. Salafi dianggap pemerintah Jerman sebagai organisasi berbahaya dan rentan terhadap kekerasan. Sebab tujuan kelompok ini adalah menegakkan syariah di Jerman dan menolak nilai-nilai barat.
Salafi telah menjadi berita utama selama musim semi. Diawali dari gerakan mereka membagi-bagikan Al-Qur'an gratis di sejumlah kota besar di Jerman. Salah satu kelompok yang ikut dalam gerakan ini, Die Wahre Religion atau Agama Sejati, kini dalam pengawasan otoritas. Pendiri Agama Sejati, Abou Nagie telah lama dalam pengawasan pemerintah Jerman.
Demikian pula, dengan kelompok lain yang kini dalam pengawasan, Dawa FFM. Pemerintah menduga Dawa menyebarkan radikalisme ke pengikutnya melalui seminar keislaman. Arid Uka, pria yang menembak dua tentara Amerika Serikat di bandara Frankfurt pada Maret 2011, dilaporkan telah terkan paham radikal dari seminar yang ditawarkan Dawa FFM.
Millatu Ibrahim, kelompok yang dilarang hari ini, dipimpin oleh Mohamed Mahmoud. Mahmoud adalah warga negara Austria yang tinggal di Jerman sejak 2011. Pejabat intelijen percaya Mahmoud adalah tokoh kunci dalam rencana jihad di Jerman. Dia sempat ditahan selama empat tahun di Austria karena terbukti mempromosikan organisasi teroris.
SPIEGEL.DE|DIANING SARI