TEMPO.CO, Jakarta - Buku-buku berbahasa asing banyak yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita. Namun bagaimana bila ada satu atau dua halaman dari ratusan halaman buku yang mengandung unsur-unsur kurang cocok dengan kebudayaan kita? Apakah buku itu tidak bakal diterbitkan dalam bahasa Indonesia?
Ada prosedur mengedit buku berbahasa asing, menurut Ketua Kompartemen Diklat Litbang dan Informasi Ikatan Penerbit Indonesia, Bambang Trimansyah.
Bambang mengatakan, pada bagian isi buku asing yang dianggap kurang pas dengan budaya Indonesia, atau memiliki unsur SARA, dapat dihilangkan dalam terjemahan berbahasa Indonesia.
"Bisa dihilangkan dengan persetujuan penulis asli," katanya saat dihubungi Tempo pada Kamis, 14 Juni 2012.
Ketika penerjemah atau editor merasa terjemahan bahasa asing itu berpotensi sensitif, ia sebaiknya menyampaikan kepada atasannya, yaitu manajer pengembangan. Selanjutnya manajer pengembangan dari penerbit Indonesia itu dapat menghubungi penerbit asli buku asing itu untuk mengedit atau menghilangkan bagian tulisan kontroversial itu. "Kemudian penerbit asli buku itu menghubungi penulis asli untuk dimintai izin," kata Bambang.
Bila penulis setuju, bagian yang "kontroversial" itu dapat diedit sesuai kebudayaan Indonesia, atau bahkan dihilangkan. Perubahan itu tentu saja jangan sampai mengubah isi buku.
Proses edit bahasa ini bisa dilakukan apabila naskah asing itu memiliki unsur sensitif, seperti pornografi dan agama. Nah, cara ini juga bisa dilakukan pada buku berjudul Lima Kota Paling Berpengaruh di Dunia, yang diprotes FPI.
Buku terjemahan terbitan Gramedia ini dianggap melecehkan agama Islam oleh FPI. Nabi Muhammad oleh pengarang disebutkan secara harfiah sebagai perampok dalam kisah Perang Badar. Penulis buku itu, Douglas Wilson, menyebut "Nabi Muhammad adalah perampok dan perampok yang memerintahkan penyerangan terhadap karavan-karavan di Mekah". FPI pun membakar buku itu.
Gramedia mengaku sudah menyampaikan permohonan maaf atas keteledoran ini di berbagai media massa. Penerbit nasional ini juga telah menarik buku yang tersebar di Toko Buku Gramedia di seluruh Indonesia.
Bambang mengaku pernah mengalami hal yang sama. Kala ia mengedit buku berjudul The Power of Water saduran bahasa Jepang. Pada buku itu terdapat bagian yang menceritakan orang yang sedang merayakan sesuatu dengan minum-minum sake hingga mabuk. Kegiatan mabuk-mabukan itu, menurut Bambang, tidak sesuai dengan budaya Indonesia. "Akhirnya saya minta izin penulis untuk menghilangkannya. Ternyata boleh," katanya.
MITRA TARIGAN
Berita Populer:
Ruhut Sitompul : Anas Bukan Level SBY
Hati- hati Makan Seafood di Jakarta
Demokrat Jawa Timur Serahkan Pemecatan Anas ke SBY
Marzuki Alie Janji Mundur Jika Jadi Tersangka
Titi Dj: Ahmad Dhani Duda Beneran Nggak Ya?