TEMPO.CO, Jakarta - Purbaya Yudhi Sadewa, Kepala Ekonom Danareksa Reserch Institute, memproyeksikan nilai tukar rupiah menguat di bawah Rp 9.000 pada semeseter II 2012. Hal itu disebabkan oleh berkurangnya ketidakpastian ekonomi global akibat utang Eropa.
"Dengan fundamental kita yang baik, harusnya asing akan berani masuk ke sini, sehingga ada modal yang masuk di pasar dalam negeri. Penguatannya sekitar Rp 8.800," katanya di Jakarta, Jumat malam, 15 Juni 2012.
Purbaya membantah dugaan perbaikan ekonomi global akan membuat rupiah semakin melemah akibat larinya para investor ke luar negeri. Menurutnya, dengan membaiknya kondisi dunia, para investor akan masuk ke Indonesia karena pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih cepat dari negara-negara maju. "Mereka akan mencari return yang besar, sehingga kalau ketidakpastiannya hilang mereka akan masuk ke sini," ujar dia.
Selain ketidakpastian ekonomi global yang menipis, penguatan rupiah juga disebabkan oleh kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, akan melakukan kebijakan pelonggaran moneter. Harapan The Fed kembali menggelontorkan likuiditas membuat sentimen di pasar Amerika dan pasar global naik. Injeksi yang mungkin dimulai pada Agustus ini akan mengakibatkan nilai tukar dolar melemah. "Ini akan memacu penguatan rupiah," ujarnya.
Meski rupiah dimungkinkan menguat, Purbaya mengingatkan agar pemerintah tetap menjaga kebijakan fiskal yang sehat dan fokus pada penyiapan anggaran. Pemerintah juga diminta untuk fokus pada proyek-proyek yang besar. "Kalau itu jalan, yang lain akan ikut model itu. Jangan pecahkan masalah sekaligus," ucapnya.
Bank Indonesia pun diminta betul-betul memperhatikan kebijakan moneter. Menurutnya, meski Bi rate saat ini berada di level cukup rendah, 5,75, bunga pinjaman masih tinggi di sekitar 12 persen. Angka ini jauh melebihi bunga negara-negara tetangga yang sekitar 6 persen.
Selain itu, BI juga diminta agar tidak mengeluarkan kebijakan yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. "Jangan mengerem terlalu berlebihan ketika kondisi ekonomi sedang menghadapi perlambatan akibat krisis global," kata dia.
NUR ALFIYAH
Berita lain
Kemhub Persiapkan Tiga Bulan untuk Zona Waktu Tunggal
Pabrik Bahan Bom Diresmikan di Bandung
Harga Minyak Tembus US$ 84/Barel di Pasar Asia
Menteri Kehutanan Musnahkan 12,7 Ton Trenggiling Ilegal
Bank Mandiri Desak Berlian Tanker Membayar Utang