TEMPO.CO, Jayapura - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Papua Yunus Wonda menolak rencana penambahan pasukan Detasemen Khusus 88 Antiteror ke Papua untuk memperkuat pengamanan daerah itu. “Tambah Densus ke Papua malah akan menambah persoalan,” kata Wonda, Selasa malam, 19 Juni 2012.
Menurut dia, warga Papua sudah trauma dengan berbagai kejadian yang merenggut nyawa. Sejumlah kasus melibatkan kekuatan aparat hingga jatuh korban dari pihak sipil. “Sudah banyak kejadian, jangan bikin masyarakat tambah trauma,” ujarnya.
Sebelumnya Otorita Khusus Deputi I Bidang Politik Dalam Negeri Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Brigadir Jenderal Sumardi, mengatakan pemerintah akan mengirim Detasemen Khusus 88 ke Papua. Densus akan memperkuat pasukan Komando Daerah Militer Cendrawasih dan Kepolisian Papua.
Situasi di Papua sempat memanas setelah Mako Tabuni, Ketua I Komite Nasional Papua Barat, ditembak polisi di Abepura, Kamis, 14 Juni 2012 lalu. Mako diduga terlibat sejumlah penembakan di Jayapura sejak 29 Mei 2012.
Sementara itu, Wakil Kepala Kepolisian Daerah Papua Brigadir Jenderal Polisi Paulus Waterpauw membantah kabar diturunkannya Detasemen Khusus 88 untuk memperkuat pengamanan di Jayapura. “Tidak ada penambahan pasukan dari Densus 88. Kita maksimalkan pengamanan di Papua dengan pasukan yang ada,” kata Waterpauw.
Baca Juga:
Situasi Jayapura hari ini sudah kembali normal. Meski demikian, masih banyak beredar pesan pendek bakal terjadi penembakan. “Jangan percaya sama SMS, itu semua tidak benar, kita juga sudah dekati pihak yang berseberangan agar tidak melakukan hal anarkis,” kata Waterpauw.
JERRY OMONA
Berita terkait:
Pemerintah Kirim Detasemen Antiteror ke Papua
Elsam Minta Pemerintah Buka Akses Masuk ke Papua
Ketua Umum Komite Nasional Papua Ditangkap
Demo Tuntut Merdeka, Abepura Lumpuh Total
Terdakwa Makar Papua Dituntut Lima Tahun Penjara