TEMPO.CO, Yogyakarta - Suasana mirip lanskap bawah laut terasa kuat saat memasuki galeri Kedai Kebun Forum di Jalan Tirtodipuran, Yogyakarta. Dari lantai, dinding, hingga langit-langit penuh dengan obyek tiga dimensi aneka warna berbentuk biota laut. Ada bentuk ikan kecil yang melayang atau seperti terlelap di bidang penuh bulu bak dasar laut, ada terumbu karang dalam berbagai bentuk dan warna, serta bentuk gurita yang nyaris ada di mana-mana.
Hewan bertentakel itu berhiaskan sosok bajak laut, koki, petualang, dan topi Viking bertanduk dengan mimik semringah. Semua obyek hewan laut itu terbuat dari bahan dasar benang, didominasi teknik rajutan dan crochet karya Mulyana, perupa asal Bandung, dalam pameran bertajuk "The Mogus World" pada 29 Juni-2 Juli 2012.
Mulyana, 28 tahun, memperkenalkan sosok gurita sejak 2008 yang dia beri nama si Mogus sebagai citraan alter ego-nya. "Dari gurita, ada gagasan tentang perlunya melibatkan semangat elastisitas manusia untuk kenyamanan hidupnya," kata Mulyana, yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Seni Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Dia mengangkat elastisitas gurita sebagai kritik terhadap sikap kaku yang kerap lahir dari bentrokan nilai-nilai masyarakat modern belakangan ini dalam merespons realitas yang berujung pada pemaksaan kehendak. Dari bentuk gurita pula, Mulyana ingin memainkan dan membalik stigma persepsi terhadap gurita yang sering diidentikkan dengan si jahat (water-demon), seperti dalam mitologi Yunani, Babilonia, Norwegia, dan Islandia.
Untuk memancing imajinasi penikmatnya, Mulyana membuat sekitar 30 karakter gurita yang dideformasi agar mirip monster, tapi tak menyeramkan. Dia membubuhkan empat mata, tanduk rusa, rambut, dan tentakel dalam jumlah yang lebih banyak. "Gurita dengan air adalah kehidupan yang misterius dan menenangkan, penuh warna, gejolak, dan bebas tanpa beban," kata Mul, panggilan akrabnya.
Mulyana memakai teknik renda (hakpen-crocthe), rajut (knitting), dan yubiyami. Dia mengaitkan benang dengan teknik single crochet stitch secara melingkar terus-menerus hingga membentuk tabung silinder. Bentuk silinder ini menjadi bentuk dasar seluruh Mogus. Menurut dia, yang rumit adalah jika satu obyek perlu kombinasi dua hingga tiga teknik rajutan.
Pemuda, yang di kalangan seniman dikenal sebagai Bu Rajut atau Mul Mogus, ini secara tekun memakai teknik modular dengan merajut dulu komponen instalasi satu per satu, kemudian diisi dengan bahan dakron, akhirnya digabungkan satu sama lain dengan dijahit. "Setelah obyek jadi, baru saya menciptakan karakter sikap, cerita, atau profesinya," kata dia.
Dia membuat banyak replika karyanya yang diminati kalangan remaja perempuan.
PRIBADI WICAKSONO