TEMPO.CO, Pontianak- Untuk penyakit-penyakit tertentu, warga Kalbar lebih memilih berobat ke luar negeri, alasannya peralatan yang lebih canggih dan pelayanan rumah sakit. Tak hanya itu, strereotipe dokter luar negeri lebih pintar menjadi salah satu faktor pendorongnya.
"Memang miris, ada pola di masyarakat Kalbar, untuk penyakit-penyakit tertentu mereka lebih senang untuk berobat ke Malaysia atau Singapura," kata Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Soedarso, Gede Sandjaya, Rabu 20 Juni 2012.
Gede menyatakan, memerlukan sosialisasi kepada masyarakat luas terkait pelayanan rumah sakit di Kalbar. Dia menekankan, RSUD Soedarso cukup mumpuni untuk menangani penyakit-penyakit umum dan khusus di Kalbar. Walau demikian, Gede tidak menutupi kenyataan bahwa untuk kasus penyakit jantung, RSUD Soedarso saat ini tidak mempunyai dokter spesialis. "Satu dokter yang dimiliki Kalbar, saat ini sudah pensiun," tambahnya. Untuk spesialis lainnya, Gede menyatakan, rumah sakit pemerintah tersebut termasuk cukup lengkap.
Terkait SDM, Gede mengatakan, dokter-dokter RSUD Soedarso sebenarnya mengenyam pendidikan spesialis di luar negeri, di tempat yang sama dengan pendidikan para dokter di Malaysia dan Singapura. Saat ini, lanjutnya, dokter-dokter yang dimiliki rumah sakit tersebut terus ditingkatkan kemampuan dan pengetahuannya melalui pendidikan spesialis. Terlebih, saat ini kemajuan teknologi di bidang kedokteran memberi kemudahan bagi para praktisi kedokteran untuk mendiagnosa penyakit serta menentukan jenis pengobatan bagi pasien. Salah satu bentuk kemajuan tersebut adalah penggunaan alat MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk melakukan pencitraan diagnosa penyakit pasien
“Di rumah sakit ini, kita telah dilengkapi Magnet Resonance Imaging (MRI) bantuan dari APBN serta CT Computer Tomograph Scaner, untuk mendeteksi tubuh anda dengan menggunakan sinar X, dari Asuransi Kesehatan,” jelasnya. Dia memastikan, skill dokter di Kalbar tidak jauh dari dokter Malaysia dan Singapura. Warga Kalbar, menurutnya, juga harus mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi. Gede menyatakan, masyarakat keturunan China yang memilih berobat ke luar negeri, ketika mendapatkan informasi mengenai kelengkapan rumah sakit, kemudian beralih untuk melakukan pengobatan di Kalbar.
Untuk urusan pelayanan rumah sakit, Gede menyatakan, tidak ada penggolongan untuk pasien umum, Askes atau Jamkesmas. Namun, pasien yang berobat menggunakan fasilitas Askes dan Jamkesmas, harus melengkapi dahulu surat-surat untuk administrasinya. Dia meminta agar kelengkapan administrasi ini menjadi perhatian masyarakat pengguna Askes dan Jamkesmas. Seringkali, rumah sakit dituding mempunyai birokrasi yang berbelit-belit jika ada pasien Askes dan Jamkesmas yang berobat.
“Ini penting untuk tertib administrasi. Sebab untuk mengeluarkan obat, harus ada pertanggung jawabannya. Banyak kasus, setelah sembuh bukannya diurus administrasinya, tapi kabur. Ini yang bikin repot,” katanya lagi.
ASEANTY PAHLEVI