TEMPO.CO, Bandung - Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan posisi organisasinya dengan negara bersifat partisipatif, loyal, dan kritis. ”Muhammadiyah tetap akan menjalin kemitraan strategis dengan pihak mana pun, baik pemerintah ataupun elemen-elemen masyarakat madani Indonesia,” kata dia saat memberi sambutan pembukaan Tanwir Muhammadiyah di Bandung, Kamis, 21 Juni 2012.
Menurut dia, Muhammadiyah ikut bertanggung jawab untuk memberi solusi. ”Lewat Tanwir inilah kita harapkan dapat merumuskan langkah-langkah strategis yang konkret dalam mengembangkan dan mempertajam peran pencerahan,” kata Din.
Din mengatakan masih banyak masalah bangsa yang belum bisa diselesaikan. ”Cenderung terjadi penumpukan masalah, dan kita belum berhasil menanggulanginya dan bahkan berbahaya. Ada gejala sebagian dari kita menganggap tidak ada masalah, atau lari dari masalah, akan tetap menjadi masalah,” kata dia. ”Muhammadiyah cukup prihatin, kalau tidak bisa disebut, galau.”
Tanwir Muhammadiyah di Bandung digelar mulai 21 Juni hingga 24 Juni 2012 di Hotel Horison Bandung. Upacara pembukaan di Gedung Merdeka ini dihadiri oleh Wakil Presiden Boediono. Sejumlah pejabat pemerintah daerah hadir, termasuk tokoh politik. Dalam upacara pembukaan itu, tampak mantan Wakil Ketua MPR A.M. Fatwa, mantan Ketua Umum PAN Sutrisno Bachir, serta mantan petinggi BIN Muchdi P.R.
Din mengatakan Tanwir merupakan permusyawaratan kedua tertinggi di bawah permusyawaratan nasional. ”Tanwir mengandung pengertian penyinaran, pencahayaan, dan pencerahan, karena memang sejatinya gerakan Muhammadiyah adalah gerakan pencerahan,” kata dia.
AHMAD FIKRI