TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat penerbangan, Alvin Lie, meminta pemerintah melakukan peremajaan dan penambahan jumlah pesawat untuk keperluan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU). “Kita tidak bisa hanya perawatan, tapi juga perlu peremajaan dan penambahan armada,” katanya saat dihubungi, Jumat, 22 Juni 2012.
Menurut dia, kualitas dan kuantitas armada pesawat tempur di Indonesia kurang. Dibandingkan dengan beberapa negara di Asia Tenggara, kemampuan militer Indonesia--terutama kemampuan teknologinya--masih kalah. “Kita kalah dibandingkan Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Tapi, kalau Kamboja, kita masih beranilah,” katanya.
Alvin juga menyarankan Dewan Perwakilan Rakyat, khususnya Komisi Pertahanan, memperkuat militer. Mantan anggota DPR dari Partai Amanat Nasional ini menilai sudah seharusnya Dewan mengalokasikan anggaran lebih layak untuk peremajaan alat utama sistem persenjataan. “Tapi harus dipantau agar tepat guna dan tidak bocor (anggarannya),” kata dia.
Kemarin, pesawat Fokker 27 milik TNI AU jatuh di perumahan saat melakukan latihan rutin di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pukul 14.43 WIB, Kamis, 21 Juni 2012. Sepuluh korban tewas dan 22 lainnya luka-luka.
Dari informasi yang didapatkan Tempo, mesin kanan pesawat mati dan pesawat memelintir sebelum akhirnya jatuh. Tetapi Marsekal Madya Dede Rusamsi, Wakil Kepala Staf Angkatan Udara, mengaku belum mendapat info tersebut. "Investigasi akan dilakukan sejak malam ini, dan kira-kira dalam waktu tiga bulan mendatang, sudah diketahui apa penyebabnya," kata dia.
MITRA TARIGAN
Berita Terkait
TNI Bantah Pesawat Fokker Jatuh karena Mesin Mati
Pilot Fokker 27 Penerbang yang ''Anteng''
Fokker Membuat Yohanis Kehilangan 4 Keluarganya
Dalam 5 Tahun, 16 Pesawat dan Heli TNI-Polri Jatuh
Dua Korban Fokker 27 Dimakamkan di Madiun dan Magetan
Pilot Fokker Jatuh Kantongi Ribuan Jam Terbang
Beginilah Sejarah Fokker F-27
TNI Pastikan Korban Fokker 27 Mendapat Asuransi