TEMPO.CO, Jakarta - Ancaman pelambatan ekonomi global membuat rupiah menutup pekan ini dengan pelemahan. Terapresiasinya dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama dunia membuat tekanan terhadap rupiah kembali meningkat.
Dalam transaksi hari ini, rupiah ditutup melemah 12 poin (0,13 persen) ke level 9.494 per dolar AS. Sempat melemah hingga ke level 9.518 per dolar AS, namun akhirnya rupiah ditutup di bawah 9.500 per dolar AS karena Bank Indonesia (BI) konsisten menjaga mata uangnya di pasar.
Indikasi melemahnya data-data ekonomi AS dan Cina, serta masih berlanjutnya krisis keuangan Eropa telah menghambat apresiasi rupiah. Keluarnya dana asing dari bursa domestik, di mana investor asing mencatat penjualan bersih Rp 462 miliar, mengindikasikan kecemasan investor berinvestasi dalam mata uang rupiah.
Langkah Moody’s menurunkan peringkat utang 15 bank terkemuka di dunia turut mendorong investor menjauhi investasi yang dianggap berisiko. Berbagai kekhawatiran tersebut akhirnya kembali membuat dolar AS menjadi pilihan untuk menempatkan investasinya di akhir pekan.
Pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara 1906, Ruly Nova, mengatakan akumulasi berbagai sentimen negatif eksternal selama sepekan terakhir telah menekan rupiah. “Mulai dari keputusan Bank Sentral yang tidak jadi mengeluarkan stimulus tambahan sampai memburuknya data-data ekonomi AS membuat rupiah kembali ke level 9.500.”
Perekonomian AS memang sedang mengalami pelambatan. Indikasi tersebut terlihat dari turunnya penjualan rumah dan meningkatnya angka klaim pengangguran. Sebagai kekuatan ekonomi terbesar dunia, investor khawatir melemahnya ekonomi AS akan berpengaruh terhadap negara lainnya.
Setelah gagal mendapat dukungan positif dari AS, investor kini kembali beralih ke Eropa. Sayangnya, penyelesaian krisis Eropa yang semakin berlarut-larut justru kian menambah kecemasan investor.
Belum jelasnya kelanjutan krisis keuangan Yunani, Spanyol, dan Italia, langkah Moody’s memangkas peringkat utang 15 bank besar dunia, termasuk bank terbesar Swiss, justru semakin membuat pelaku pasar frustrasi. “Investor kini semakin menjauhi investasi yang berisiko dan mencari aman dengan tetap memegang dolar.”
Indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia di pasar New York semalam melonjak 0,87 persen ke level 82,29. Sedangkan sore ini hanya turun tipis 0,001 poin ke posisi 82,289.
Yen Jepang melemah 0,02 pesen ke level 80,26, sementara euro menguat 0,06 persen ke US$ 1,2547, serta pound sterling juga naik 0,18 persen ke US$ 1,562.
Sementara mata uang regional sore ini beragam. Dolar Singapura menguat 0,06 persen, baht Thailand naik 0,09 persen, serta peso Filipina juga terapresiasi 0,29 persen. Sedangkan won Korea Selatan melemah 0,45 persen dan ringgit Malaysia turun 0,29 persen.
PDAT | M. AZHAR | VIVA B. K