TEMPO.CO, Jakarta - Staf Pendidikan dan Pekerja Anak International Labour Organization (ILO), Dede Sudono, mengatakan dari 2,3 juta jumlah total pekerja anak sebagian besar berada di daerah Indonesia timur.
"Di daerah seperti Jawa dan Jakarta justru lebih rendah," kata Dede dalam diskusi di Bumbu Desa, Cikini, Jakarta, Minggu, 24 Juni 2012.
Mereka yang digolongkan sebagai pekerja anak oleh ILO adalah anak usia 7-14 tahun. Pada 2009 lembaga Understanding Children's Work (UCW) mencatat ada 2,3 juta anak di Indonesia yang menjadi pekerja.
Dede mengatakan hampir separuh pekerja anak di Indonesia bekerja di sektor pertanian, disusul sektor jasa, kemudian manufaktur. Umumnya pekerja anak adalah laki-laki. Sepertiga anak yang bekerja di sektor jasa adalah pembantu rumah tangga. "Yang jadi pembantu banyak perempuan," kata Dede.
Kepala Sub-Direktorat Unit Pengawasan Norma Kerja Anak Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Hendar Rahman, mengatakan pemerintah berupaya menarik pekerja anak dari tempatnya bekerja. Pada 2012 pemerintah berencana menarik 10.750 anak dari tempatnya bekerja. Sementara tahun depan pemerintah berencana menarik 11 ribu anak. Hendar mengatakan pekerja anak yang ditarik akan dikembalikan ke pendidikan. Dari tahun ke tahun, kata dia, jumlah pekerja anak yang kembali ke pendidikan semakin meningkat.
Pada 2008, dari 300 anak yang ditarik dari tempatnya bekerja, hanya 24 persen yang kembali ke pendidikan. Pada 2011, dari 3.360 yang ditarik, 98 persen kembali ke pendidikan. Hendar mengakui angka penarikan pekerja anak yang ditetapkan pemerintah masih rendah. Sebab diakuinya memang perlu upaya dari banyak pihak, antar-kementerian ataupun dengan lembaga swadaya masyarakat, untuk menyelamatkan para bocah itu.
ANANDA BADUDU