TEMPO.CO, Quito -- Sekretaris Kabinet Dipo Alam mengatakan peringatan yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat luar negeri tentang peringkat Indonesia sebagai negara gagal perlu ditelaah secara cermat dan objektif sehingga semua pihak, termasuk pejabat negara, tidak mudah menyatakan Indonesia negara gagal.
Dalam keterangannya pada wartawan di dalam pesawat saat mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari Ekuador menuju Indonesia, Senin 25 Juni 2012, Dipo Alam mengatakan pandangan objektif itu dapat dilakukan dengan melihat sejumlah kenyataan bahwa ada perbaikan ekonomi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan juga peningkatan peran Indonesia dalam kancah politik internasional.
"Masalah-masalah inilah saya ingin katakan bahwa memang ada kekurangan, tapi kalau kita mengonfirmasi fail state oleh pejabat negara, saya sangat sesalkanlah. Tapi ini memang hak mereka, ini demokrasi. Tapi saya menggunakan hak demokrasi saya juga saya menyangkal kalau ini disebut fail state. Ada yang telah kita capai maju bahwa nilai itu tidak A+ memang kita akui bahwa mungkin tahapannya B jauh lebih bagus," katanya.
Dipo mengungkapkan saat ini Indonesia jauh lebih maju. "Masalah kemiskinan berkurang, juga dengan IMF langsung bayar utang. Kita memberhentikan IGGI, bahkan belakangan IMF meminta meminjam ke kita yang sekarang sudah dijelaskan oleh presiden," kata Dipo Alam.
Ia juga menyesalkan adanya anggota DPR yang menilai dan mengkonfirmasi bahwa Indonesia memang saat ini menuju ke klasifikasi negara gagal.
Baca Juga:
"Presiden juga menjelaskan kita tidak menyangkal (ada kekurangan dalam pembangunan-red). Ada yang masih kurang, tapi kalau ada orang yang merasa bangga atas pengukuran oleh LSM asing ini saya menganggap dua hal. Bahkan ada anggota DPR juga yang mengakui kalau Indonesia adalah fail state. Ada beberapa anggota DPR saya dengar mengonfirmasikan fail state," katanya.
Seskab menilai bila ada pihak yang senang dan membesar-besarkan pandangan mengenai negara gagal, tapi tidak memberikan solusi yang konstruktif dan nyata, hal itu sama saja dengan tidak berpihak pada kemajuan Indonesia.
Ia mengatakan memang ada beberapa kelemahan dalam upaya pembangunan, tapi hal yang penting dilakukan adalah memperbaiki kelemahan tersebut secara bersama-sama.
Dipo mengatakan selama kunjungan Prresiden ke KTT G-20 dan juga KTT Pembangunan Berkelanjutan di Rio De Jenairo sejumlah tokoh penting datang bertemu Presiden Yudhoyono antara lain Presiden Rusia Vladimir Putin dan juga Sekjen PBB Ban Ki-moon, menunjukkan bahwa Indonesia dianggap strategis dan penting dalam hubungan internasional.
WDA | ANT