TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan risiko penyebaran HIV dan AIDS di Indonesia masih tinggi. Salah satu penyebabnya adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap seks berisiko. Menurut Nafsiah, tingginya penularan HIV dan AIDS disebabkan oleh banyaknya pria dewasa yang memelihara kebiasaan belanja seks dan kurangnya penggunaan kondom.
"Dari 240 juta penduduk, sebanyak 3,1 juta pria membeli seks," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi Kesehatan DPR di komplek parlemen Senayan, Senin, 25 Juni 2012. Perilaku negatif ini menyebabkan 1,6 juta penduduk menikah dengan pria berisiko menderita HIV dan AIDS.
Dalam paparannya, Nafsiah menjelaskan jumlah kasus HIV-AIDS dalam lima tahun terakhir cenderung meningkat. Pada 2009, jumlah penderita HIV mencapai 9.793 dan AIDS 3863. Angka ini meningkat pada 2010 dengan penderita HIV 21.591 dan AIDS 5.744. Kemudian pada 2011 menjadi HIV 21.031 dan AIDS 4.162. Pada 2012, kata Nafsiah, angka ini bisa terus meningkat jika masalah seks berisiko tidak segera diatasi. Hingga Mei 2012, jumlah penderita HIV tercatat 5.991 dan AIDS 551.
Masih tingginya risiko penyebaran HIV dan AIDS ini, kata Nafsiah, menjadi salah satu alasan pentingnya kampanye penggunaan kondom di masyarakat. Selain kampanye penggunaan kondom, Kementerian juga meningkatkan program sosialisasi kesehatan reproduksi dalam kurikulum sekolah. Kemenkes juga mempercepat program peningkatan pengobatan dan rehabilitasi melalui sistem kesehatan di 322 rumah sakit di Indonesia.
Program promosi kondom, kata Nafsiah, hanya dilakukan secara terbatas melalui kerja sama masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, dan perusahaan melalui program di tempat kerja. "Kami tidak pernah merencanakan bagi-bagi kondom pada remaja."
Nafsiah mengatakan, berdasarkan penelitian Kemenkes, tanpa peningkatan program yang tepat, maka pada 2014 jumlah Orang dengan HIV AIDS (Odha) bisa mencapai 648.322 dan meningkat menjadi 1,8 juta pada 2025. Sedangkan jika program penanggulangan yang tepat dapat dilaksanakan, jumlah Odha pada 2014 bisa ditekan menjadi 244.103 dan menurun menjadi 178.911 pada 2025. "Jika program penanggulangan ini mendapat dukungan penuh masyarakat, bukan tidak mungkin angka Odha akan menyentuh nol persen," katanya.
IRA GUSLINA SUFA