Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Permintaan Tak Wajar Dorong Pemalsuan

image-gnews
Pameran lukisan Raden Saleh dan awal seni lukis Indonesia di Galeri Nasional, Jakarta, Senin(4/6). TEMPO/Dwianto Wibowo
Pameran lukisan Raden Saleh dan awal seni lukis Indonesia di Galeri Nasional, Jakarta, Senin(4/6). TEMPO/Dwianto Wibowo
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Fenomena lukisan reproduksi, palsu, di Indonesia mungkin sudah berlangsung lama, mungkin lebih dari 20 tahunan. Pengajar di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Agus Burhan, menilai maraknya fenomena ini karena permintaan pasar yang melebihi batas kewajaran.

Menurut Agus, fenomena ini tak lepas dari kebutuhan bisnis. Ada fenomena dahsyat permintaan pasar. Seni lukis juga sebagai bagian industri budaya dihidupkan oleh sistem yang bertumpu pada pasar. Mekanisme pasar berjalan seperti biasa.

Saat ini, kata Agus, permintaan sangat kuat karena tren internasionalisasi di kawasan Asia Pasifik. Balai lelang semacam Sotheby's dan Christie menjadi pendongkraknya. Art dealer pun terpengaruh mereka.

“Permintaan yang sangat kuat, sehingga dunia seni bekerja melebihi batas,” ujar Agus ditemui pertengahan Mei lalu saat Tempo menelusuri jejak lukisan palsu.

Geger gosip lukisan palsu menerpa kolektor besar Oei Hong Djien, pemilik dua museum besar di Magelang. Hal ini merebak setelah pembukaan museum keduanya di Jalan Jenggala Magelang.

Agus yang menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang Akademik ini juga menjelaskan lukisan perupa Indonesia sudah naik daun. Karya-karya mereka sudah mulai ditabung oleh para dealer, balai lelang. Lukisan para maestro pun masih diburu orang di balai lelang. Tak mengherankan jika pasar lalu berusaha memasok kebutuhan ini dengan berbagai cara. Menurutnya jika permintaan pasar pada karya maestro ini tidak wajar, maka akan memunculkan banyak kejahatan.

Kejahatan yang dimaksud adalah memalsukan atau memproduksi ulang lukisan maestro. Juga permainan harga yang tidak normal karena dibentuk oleh balai lelang bukan alami karena reputasi seniman.

Agus mengaku tak mengetahui peta kejahatan pemalsuan lukisan para maestro ini. Untuk mengetahui besarnya pemalsuan ini dibutuhkan penelitian. "Gejala itu ada di banyak tempat," ujarnya.

Dia menyebutkan sejumlah pemalsuan karya I Nyoman Gunarsa, Arie Smith, Affandi, dan pelukis lain lain. Menurutnya ada jaringan yang bekerja sungguh-sungguh untuk siap bertarung di dunia ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pria yang pernah menjadi kurator di Galeri Nasional ini mengatakan harus segera ada pendidikan yang berkonsentrasi pasa metodologi penilaian pada lukisan.

"Ini untuk mempertanggungjawabkan keaslian suatu lukisan," ujarnya. Di Eropa, ilmu ini sudah berkembang. Jadi tak aneh bila muncul ahli karya lukisan Van Gogh atau pelukis lainnya.

Sementara di Indonesia ilmu semacam ini belum dipakai. Di Indonesia penilaian dilakukan oleh seseorang secara otodidak. Belum berdasarkan tinjauan akademik bahkan hingga uji forensik. Menguji karbon untuk melihat layer-layer, goresan cat, cat yang digunakan, kanvas yang dipakai.

Sayangnya, kata dia, meski kekurangan ahli, lembaga pendidikan dan infrastruktur di Indonesia masih belum tersedia. Infrastruktur ini belum bergerak untuk menyiapkan para ahli yang bisa menilai dengan ilmunya.

DIAN YULIASTUTI/ADDI M IDHOM

Berita terpopuler:
Dahlan Sumbang 6 Bulan Gajinya untuk Gedung KPK

Irwandi Dipukul Usai Pelantikan Gubernur Aceh

Istri Biarkan Suami Perkosa Pembantu

Gaji Dahlan Juga Dihibahkan untuk Ricky Elson

Tunggu Dahlan, Bupati Pangkep Duduki Semen Tonasa


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

27 hari lalu

Gapura Joyland Festival Bali 2024 di Peninsula Island, Nusa Dua Bali pada Jumat, 1 Maret 2024. TEMPO/Intan Setiawanty,
Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

Berikut keseruan Joyland Festival Bali 2024 yang insklusif dan ramah keluarga dengan menghadirkan stan White Peacock hingga pilihan panggung musik.


Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

15 Januari 2024

Aktor Butet Kertaredjasa melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

Seniman Butet Kartaredjasa mempertanyakan alasan kenaikan harga gedung pertunjukan di DKI Jakarta


Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

5 Desember 2023

Pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo - Mahfud MD, dan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka
Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

Lima tema debat capres-cawapres telah disampaikan KPU, tak ada tema soal kesenian dan kebudayaan. Begini respons budayawan dan pekerja seni.


Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

5 Desember 2023

Akmal Nasery Basral. ANTARA
Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

Sastrawan Akmal Naseri Basral memberikan catatan tak adanya tema kebudayaan dankesenian dalam debat capres-cawapres pada Pilpres 2024.


Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

22 Agustus 2023

Ilustrasi Polisi Indonesia. Getty Images
Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

Panitia menyebut Gubernur Sulawesi menyekal bissu sehingga penampilan seni monolog "Rindu Bissu" pun dilarang.


Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

4 Juli 2023

Domba peserta kontes Domba Catwalk di Situ Bagendit, Garut, Jawa Barat, 21 Februari 2015. Acara tersebut untuk mempromosikan Domba Garut sekaligus kawasan wisata Situ Bagendit. TEMPO/Prima Mulia
Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

Domba Garut yang memiliki ciri khas pada fisiknya sering diikut sertakan dalam kontes atau diadu. Inilah asal usulnya.


WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

24 Februari 2023

Pertunjukan seni teater
WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

Royal Conservatoire of Scotland dan WM Mann Foundation menawarkan beasiswa pascasarjana khusus mahasiswa Indonesia di bidang seni pertunjukan.


Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

20 Januari 2023

Karya gambar berjudul
Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

Dede Wahyudin, memajang 67 gambar ukuran kecil dan empat berukuran besar yang dominan berwarna hitam putih dalam pameran tunggal itu.


Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

17 November 2022

Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

Kesenian Islam di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar


Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

27 Oktober 2022

Pemain teater Syahid berperan dalam teater bertajuk
Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

Masyarakat Kesenian Jakarta (MKJ) menilai musyawarah yang akan dilakukan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tidak sesuai dengan Pergub DKI