TEMPO.CO, Jakarta - Pasar obligasi pemerintah masih diminati sehingga rupiah mampu meninggalkan zona 9.500 sekaligus keluar dari tekanan selama tiga hari beruntun sebelumnya. Penguatan mata uang lokal kali ini turut ditopang oleh konsistensi Bank Indonesia menjaga rupiah.
Di pasar uang hari ini, rupiah ditransaksikan menguat 18 poin (0,19 persen) ke 9.490 per dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan rupiah di pasar mata uang merupakan yang tertinggi sejak 18 Juni sejak nilai tukar rupiah ditutup di level 9.388 per dolar AS. Sempat menguat hingga ke level 9.450, tapi rupiah belum mampu menjauh dari level 9.500 per dolar AS.
Head of Treasury Research Bank BNI, Nurul Eti Nurbaeti, mengatakan sentimen positif yang datang dari dalam negeri berhasil mendorong apresiasi rupiah di tengah kondisi eksternal yang diliputi ketidakpastian. Masuknya dana asing Rp 403 miliar di pasar modal serta serangkaian kebijakan keuangan oleh pemerintah berhasil membuat rupiah keluar dari tekanan.
Penerbitan deposito valuta asing oleh BI setiap hari Rabu merupakan faktor utama yang mendorong laju rupiah. “Transaksi deposito valas berjangka 7 hari dan 14 hari mengalami oversubscribed mencapai US$ 715 juta atau melebihi target sebelumnya US$ 600 juta yang ditetapkan BI,” kata dia.
Selain itu, penerbitan lelang Surat Utang Negara (SUN) berbasis syariah oleh Kementerian Keuangan pada 26 Juni turut menarik investor masuk ke pasar obligasi RI. Dana asing yang masuk mencapai Rp 1,59 triliun dari target yang ditetapkan sebesar Rp 1 triliun.
Meskipun demikian, Nurul mengingatkan, situasi global yang terjadi belakangan ini masih harus diwaspadai oleh para pelaku pasar karena posisi mata uang Negeri Abang Sam masih sangat kuat dan berpotensi menghadang apresiasi rupiah. Data indeks kepercayaan konsumen di AS yang menurun dari 64 pada Mei menjadi 62 pada Juni, masih menjadi kekhawatiran utama investor.
PDAT | M. AZHAR