TEMPO.CO, Jakarta - Menguatnya bursa global merespons data ekonomi Amerika Serikat yang cenderung positif mendorong apresiasi rupiah. Hingga pukul 12.00 WIB, nilai tukar rupiah ditransaksikan di 9.480 per dolar AS, yang berarti menguat 10 poin dari penutupan kemarin.
Sementara itu, indeks dolar AS terhadap mata uang utama dunia siang ini pukul 12.00 WIB melemah 0,334 poin ke level 82,284.
Mata uang bersama euro menguat 0,37 persen terhadap dolar AS. Pound sterling juga menguat 0,15 persen. Mata uang negeri Abang Sam juga melemah 0,34 persen terhadap yen serta 0,37 persen terhadap Swiss franc.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih, mengatakan beberapa data ekonomi AS yang diumumkan kemarin memberikan sentimen positif kepada investor. Pesanan untuk durable-goods bulan Mei naik 1,1 persen, setelah sempat turun sejak Februari lalu. “Data izin pembelian rumah di AS bulan Juni juga naik 5,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya turun 5,5 persen,” tuturnya.
Harga minyak mentah dunia jenis WTI yang kembali menggeliat ke level US$ 80 per barel juga membawa angin segar bagi pasar karena kenaikan harga komoditas si “emas hitam”, yang biasanya diikuti dengan meningkatnya kinerja industri. Harga minyak mentah WTI kembali naik setelah sempat turun 22 persen sepanjang triwulan ke-II ini.
“Kenaikan harga minyak mentah ini ditopang oleh membaiknya data-data di sektor perumahan AS sebagai indikasi awal dari tanda-tanda perbaikan ekonomi di AS,” kata Lana.
Perbaikan data-data di atas membawa kesimpulan bahwa perlambatan ekonomi AS tidak seburuk yang diperkirakan semula.
Meski demikian, ekonomi AS masih belum stabil dalam waktu dekat karena efek dari ekonomi Uni Eropa yang masih mengalami kontraksi. “Pergerakan rupiah hari ini akan cenderung menguat dan diprediksi ditutup, dan akan ditransaksikan di kisaran 9.460 sampai 9.500 per dolar AS. “
PDAT | M AZHAR