TEMPO.CO, Jakarta - PT Dayaindo Resources International Tbk membutuhkan dana sebesar US$ 250 juta untuk anggaran belanja modal tahun ini. Dari dana tersebut, perusahaan akan mencari pinjaman sebesar US$ 150 juta. "Kami baru ada US$ 100 juta, jadi harus mencari US$ 150 juta lagi," kata Direktur Utama Dayaindo, Sudiro Andi Wiguna, usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPS) di Jakarta, Kamis, 28 Juni 2012.
Ia mengatakan, belanja modal itu akan digunakan untuk pengolahan nikel sebesar US$ 100 juta dan terminal batubara sebesar US$ 150 juta. Untuk pembangunan terminal, perseroan sudah mendapatkan komitmen pinjaman dari dua bank, CIMB Niaga dan BNI. Pinjaman pun berupa Dollar Amerika Serikat dan Rupiah.
"Jika dirupiahkan, total pinjaman yang sudah kami dapat sebesar Rp 600 miliar. Sebesar 60 persennya merupakan mata uang rupiah dan sisanya dollar Amerika Serikat," kata dia.
Perusahaan pun terus mencari kekurangan sebesar US$ 150 juta sampai saat ini. Dengan itu, pembangunan terminal itu dapat diselesaikan secepatnya dan dapat berdampak positif terhadap perusahaan.
Perusahaan berniat membuat terminal batubara di kawasan industri Cilegon, Banten. Sampai saat ini, lahan pun sudah tersedia sebesar 15 hektare. Terminal nantinya dibangun untuk kapasitas 1.500 ton per bulan. "Namun bisa ditambah hingga dua kali lipat dari jumlah itu," kata Sudiro.
Hingga akhir 2011, penjualan bersih Dayaindo mencapai Rp 938,93 miliar. Penjualan nikel meningkat 132,48 pesen dan pendapatan dari pelayaran meningkat 224,74 persen. Penjualan menurun 35,71 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan anak usahanya, PT Daya Mandiri Resources Indonesia, yang tidak lagi dikonsolidasikan sejak tahun lalu. Akibatnya, laba bersih pun menurun dari Rp 93,02 miliar pada 2010 menjadi Rp 59,79 miliar pada 2011.
SUTJI DECILYA