TEMPO.CO, New York - Harga minyak mentah akhir pekan lalu melonjak lebih dari 9 persen karena para investor menyambut positif dari rencana para pemimpin Uni Eropa untuk menopang sektor perbankan yang dilanda kesulitan.
Harga minyak mentah untuk kontrak bulan Agustus melonjak 9,4 persen (US$ 7,27) menjadi 84,96 per barel di Bursa Komoditas New York. Lonjakan ini merupakan yang terbesar dalam satu hari sejak Maret 2009. Jadi, dalam sepekan, harga minyak mentah naik 6,5 persen.
Namun, sepanjang bulan Juni kemarin, harga minyak masih mencatat penurunan 1,8 persen. Bahkan, di triwulan kedua tahun ini, harga minyak anjlok 18 persen untuk pertama kalinya sejak akhir 2008 lalu.
“Uni Eropa secara tak terduga berhasil mencapai kesepakatan untuk mengurangi dampak krisis Eropa. Namun ini tentu saja ini bukan obat mujarab yang bisa mengatasi semua penyakit dalam sekejap,” kata Jason Schenker, presiden dari Prestige Economics di Austin. “Ini merupakan langkah ke arah yang benar, tetapi masih perlu jalan yang panjang.”
Sebelumnya, harga minyak sempat mencapai level terendah dalam delapan bulan terakhir ke US$ 78 per barel karena investor pesimistis terhadap hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) para pemimpin Eropa. Jika ada langkah konkret, hanya untuk menyumbat krisis utang yang terjadi di Eropa.
Presiden Komisi Eropa Herman van Rompuy mengatakan bahwa mekanisme ini akan melibatkan Bank Sentral Eropa (ECB) serta ada kemungkinan rekapitalisasi langsung untuk bank-bank Eropa. Berita positif ini membuat para investor kembali memburu aset-aset yang dianggap berisiko, seperti komoditas dan saham, seiring jatuhnya dolar Amerika Serikat.
Harga minyak pemanas untuk antaran bulan Juli naik 14 sen (5,7 persen) menjadi US$ 2,7 per galon. Sedangkan harga bensin untuk kontrak bulan Juli juga naik 11 sen (4,3 persen) menjadi 2,73 per galon. Kedua kontrak ini berakhir Jumat lalu. Seperti minyak, harga bensin merosot 20 persen dan minyak pemanas juga turun 15 persen dalam triwulan kedua ini.
Harga gas alam akhir pekan lalu juga naik 10 sen (3,8 pesen) ke level US$ 2,82 per mBtu. Jadi dalam sepekan naik 5,9 persen. Beralihnya musim dingin ke musim panas biasanya akan memangkas permintaan gas untuk pemanas.
Kenaikan harga minyak juga mendapat dukungan dari aksi mogok di industri minyak Norwegia, yang mempunyai produksi sekitar 290 ribu barel per hari, menurut analis dari Commerzbank yang dikatakan dalam sebuah catatan kepada kliennya.
Serikat pekerja minyak Norwegia memutuskan untuk keluar dari perundingan dan kelompok dagang yang mewakili perusahaan energi mencoba membuka pembicaraan baru untuk segera mengakhiri aksi mogok.
Dari kawasan Timur Tengah, Arab Saudi telah memulai kembali pipa minyak yang telah ditutup selama dua dekade, sehingga menghilangkan beberapa risiko yang terkait Selat Hormuz dapat menekan harga minyak. Jaringan pipa ini mampu mengalirkan hingga 1,65 juta barel minyak mentah per hari ke Laut Merah, menghindari selat yang diancam Iran akan ditutup. Jaringan pipa minyak Uni Emirat Arab juga mulai beroperasi awal bulan ini, juga melewati Selat Hormuz.
“Sanksi Uni Eropa terhadap Iran yang mulai berlaku 1 Juli menjadi kekhawatiran bagi pasar Iran, tetapi tampaknya sanksi ini belum akan dilaksanakan,” kata Schenker.
MARKETWATCH | VIVA B. K