TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berencana menemui Perdana Menteri Australia, Julia Gillard, untuk menjajaki impor sapi dari negeri kanguru tersebut. "Kerja sama ini penting karena kebutuhan daging sapi Indonesia terus meningkat," kata dia di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma sebelum bertolak menuju Darwin, Australia, Senin 2 Juli 2012.
Namun, Presiden tak cuma menjajaki pembelian sapi hidup atau impor daging dari Australia. Ia mengatakan akan mengajak pengusaha Australia untuk menanamkan modal dalam sektor industri peternakan Indonesia.
Presiden juga menjanjikan dukungan dari pemerintah pusat ataupun daerah. Investasi ini diharapkan bisa mendorong pelaku industri peternakan Indonesia untuk menghasilkan produk yang berkualitas. "Impor sapi atau daging dalam jangka panjang tidak sesuai dengan strategi membangun kemandirian pangan," katanya.
Dalam membahas perdagangan sapi dengan Australia, Presiden mengajak empat kepala daerah yakni Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya, Gubernur Nusa Tenggara Barat Zainul Majdi, dan Gubernur Papua Barat Abraham Oktavianus Atururi. Para gubernur itu diajak lantaran daerahnya memiliki potensi besar untuk mengembangkan peternakan sapi.
Data Kementerian Pertanian menyebutkan tahun ini kebutuhan daging sapi Indonesia mencapai 484 ribu ton. Dari jumlah itu, 34 ribu ton dipenuhi dari luar negeri. Australia dipilih sebagai negara pemasok lantaran memiliki populasi sapi yang cukup besar. Sepanjang 2011, nilai ekspornya mencapai US$ 4,44 miliar dan ditargetkan akan meningkat 1,6 persen pada 2012.
Selain menjajaki impor sapi, SBY dan Gillard berencana membahas peluang proyek infrastruktur non-minyak dan gas. Hal itu dilakukan terutama untuk membuka peluang kerja sama di bagian Indonesia timur. "Kawasan itu menjadi fokus untuk pengembangan infrastruktur nonmigas," kata dia.
ARYANI KRISTANTI