"Amerika belum recovery, negara Eropa juga belum membaik, seperti Yunani, Spanyol, dan Italia, kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Gusmardi di Balikpapan.
Pangsa pasar ekspor baru ini diharapkan mampu meningkatkan persentase pertumbuhan nilai ekspor Indonesia sebesar 30 persen per tahun atau senilai US$ 203 miliar, sesuai dengan asumsi perkiraan yang merujuk pada ekspor tahun lalu. "Sama dengan nilai ekspor tahun lalu saja sudah bagus, mengingat kondisi ekonomi dunia saat ini, ujarnya.
Gusmardi optimistis target nilai ekspor bisa tercapai pada akhir tahun. Meskipun pertumbuhan nilai ekspor rendah selama empat bulan terakhir, dia mengatakan nilai ekspor tersebut cukup memadai untuk mengejar selama enam bulan ke depan. Saat ini nilai ekspor mencapai US$ 64 miliar.
Pelemahan ekspor, dia menegaskan, bukan hanya di Indonesia saja. Jepang, misalnya, tahun lalu tumbuh sekitar 9 persen, tapi sekarang hanya sekitar 3 persen. Cina tahun lalu tumbuh 31 persen, sekarang hanya 6 persen. Begitu juga Korea Selatan, yang tahun lalu tumbuh 27 persen, sekarang hanya 0,7 persen, dan Brasil tahun lalu 31 persen, sekarang hanya 4,5 persen. Kita tidak sendiri," katanya.
Dalam hal pangsa pasar baru, Gusmardi melanjutkan, Indonesia akan bersaing dengan negara lain yang juga mengalihkan tujuan pangsa ekspornya. Negara-negara baru tujuan ekspor itu kini menjadi primadona, menyusul lesunya permintaan dari Amerika Serikat dan sebagian Uni Eropa. Karena itu, perusahaan di Indonesia harus melakukan diversifikasi produk agar mampu memperebutkan konsumen di Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tengah, dan Amerika Latin.
Produk Indonesia bisa lebih unggul, kata Gusmardi, dengan memaksimalkan konten ciri khas bangsa Indonesia. Contohnya untuk kain batik, tentu kita lebih unggul, seperti produk alat rumah tangga yang menggunakan bahan dasar kayu dan rotan, ujarnya.
Jenis ekspor Indonesia sebanyak 75 persen didominasi produk industri, seperti alat rumah tangga, konveksi, pakaian, elektronik, dan sepatu, disusul pertambangan 21 persen, dan sisanya, pertanian, 3,2 persen.
SG WIBISONO