TEMPO.CO, Jakarta - Tim ekonom PT Bank Danamon Tbk memprediksi neraca perdagangan Mei yang mencatat defisit untuk dua bulan berturut-turut akan memberikan tekanan yang lebih besar terhadap nilai tukar rupiah.
Defisit yang lebih tinggi dapat menyebabkan tekanan pada pasokan mata uang asing di pasar. Diperkirakan Bank Indonesia akan terus berjaga-jaga di pasar untuk mempertahankan likuiditas nilai tukar.
“Dengan risiko rupiah saat ini, kami mempertahankan proyeksi kami terhadap rupiah menjadi 9.201 per dolar AS sampai akhir tahun,” demikian penjelasan ekonom Danamon, Anton Hendranata dan Dian Ayu Yustina, Selasa, 3 Juli 2012.
Badan Pusat Statistik kemarin melaporkan nilai ekspor Mei 2012 turun 8,55 persen dibanding tahun sebelumnya. Adapun impor meningkat 1,61 persen. Alhasil neraca perdagangan defisit US$ 485,9 juta.
Ekonom Danamon juga meramalkan Bank Indonesia akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) pada angka 5,75 persen sepanjang sisa tahun 2012.
Tekanan inflasi Juni yang terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan pangan menjelang bulan Ramadan masih sesuai dengan target inflasi tahunan Bank Indonesia di kisaran 3,5-5,5 persen.
Laju inflasi Juni yang mencapai 0,62 persen lebih tinggi dari perkiraan Danamon dan di atas konsensus para ekonom. Adapun inflasi year on year naik moderat dari 4,45 persen di bulan Mei menjadi 4,53 persen.
Bahan pangan menunjukkan inflasi yang besar, mencapai 0,39 persen setelah sebelumnya mengalami deflasi 0,05 persen. Pendorong utamanya adalah peningkatan harga cabai merah, bawang, ayam broiler, dan ikan.
Adapun harga beras hanya naik 0,01 persen, lebih rendah ketimbang tahun lalu yang mencapai 0,07 persen. Kondisi ini ditopang oleh produksi Januari-April yang tumbuh 4,31 persen akibat peningkatan area tanam dan produktivitas.
Menjelang Ramadan diperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan barang yang mendorong inflasi, terutama makanan dan pakaian di bulan Juli. “Ini akan diikuti dengan peningkatan pasokan uang, yang akan mendorong peningkatan inflasi inti.”
EFRI RITONGA
Berita Terpopuler
Dahlan Iskan, Mayat dan Kuntilanak
Pesawat Asing Masuk Bengkel Indonesia
Pemilik Alam Sutera Jual Saham Rp 1,46 Triliun
Rokok Picu Kemiskinan
Amerika Serikat dan Afrika Lakukan Perawatan Pesawat di Indonesia
Matahari Pinjam Dana Rp 1,22 Triliun