TEMPO.CO, Jakarta - Sentimen positif global yang diikuti melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama dunia dimanfaatkan rupiah untuk melanjutkan relinya ke level 9.300.
Di transaksi pasar uang hari ini rupiah kembali menguat tipis 3 poin (0,03 persen) ke 9.379 per dolar AS. Ini merupakan level terkuat rupiah sejak 7 Juni.
Pengamat pasar uang dari PT Monex Investindo Futures, Yohanes Ginting, mengatakan setelah euforia pertemuan para pemimpin Uni Eropa pekan lalu, rupiah kembali diuntungkan oleh positifnya faktor global. “Adanya spekulasi bahwa bank sentral AS (The Fed) akan mengucurkan pelonggaran kuantitatif (QE3) menjadi pendorong kenaikan rupiah,” tuturnya.
Ekspektasi dikucurkannya stimulus QE3 itu berkembang menyusul turunnya data manufaktur di Negeri Abang Sam. ISM indeks manufaktur AS untuk bulan Juni turun di bawah level optimis 50, yakni 49,7 dari posisi sebelumnya 53,5. Untuk pertama kalinya mengalami kontraksi sejak tiga tahun terakhir.
“Sebagian menilai langkah operation twist yang dilakukan The Fed masih belum cukup ampuh meredam perlambatan ekonomi AS,” kata dia. Selain itu, kecenderungan bank sentral Australia (RBA) mempertahankan suku bunga di level 3,5 persen turut membawa sentimen positif bagi rupiah.
Hanya, Yohanes mengingatkan, melemahnya dolar AS masih bersifat sementara. Pelaku pasar masih mengamati ekonomi global yang terus melambat dan belum terselesaikannya problem krisis utang Eropa. “Laju mata uang euro biasanya terhenti apabila menyentuh area tekanan jual. Begitu pula dengan rupiah.”
Mata uang bersama euro naik 0,0013 poin (0,10 persen) menjadi US$ 1,2589 sampai pukul 17.00 WIB. Dari Asia, won naik 8,29 poin (0,72 persen) ke 1.136,4, dolar Singapura naik 0,0053 poin (0,42 persen) ke 1,2620 AS, serta baht naik 0,07 poin (0,22 persen) ke 31,48 per dolar AS. Sementara yen melemah 0,31 poin (0,39 persen) menjadi 79,83 per dolar AS.
PDAT | M AZHAR