TEMPO.CO, Jakarta - Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan, Sonny Loho, mengaku masih kesulitan memetakan para mafia pajak. Menurut dia, para mafia itu kerap mencari lubang agar tetap bisa bermain. \"Mereka kerap mencari kesempatan untuk main lagi. Kadang-kadang mereka lebih tahu. Tapi kami coba mapping data para pegawai, dengan siapa hubungannya,\" kata Sonny di gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Selasa, 3 Juli 2012.
Menurut dia, masih banyak para pemain lama yang sulit diungkap. Modus yang dilakukan pun hampir sama, yaitu memanipulasi data pencatatan pendapatan, baik di Direktorat Pajak maupun di Bea dan Cukai.
\"Modusnya sama seperti Gayus. Gayus juga mungkin ada yang ngajarin, yang ngajarinnya juga belum diketahui. Kami tidak ada investigasi. Kalau KPK, kan, kewenangannya lebih. Makanya kami buat MoU dengan KPK, Polri, Kejaksaan Agung, dan PPATK. Kalau ada info, kami follow up,\" ujar dia.
Sonny juga tidak membantah jika persoalan terkait dengan mafia pajak sudah sistemik. Menurut dia, beberapa pegawai masih berpikir bahwa menerima pemberian dari rekanan merupakan hal biasa. \"Ini yang ingin kami bereskan. Masih banyak yang berpikir seperti itu. Padahal pelayanan publik dibiayai negara,\" katanya.
Terkait dengan sektor rawan yang terus dipantau pihaknya karena berpeluang besar dimainkan oleh para mafia pajak, Sonny tidak menjelaskan secara terperinci. \"Makanya kami minta semua eselon satu di Kementerian Keuangan memetakan daerah rawannya mereka,\" katanya.
ANGGA SUKMA WIJAYA