TEMPO.CO , MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin meminta produsen senjata mengembangkan persenjataan ringan baik desain maupun teknologinya. Ia mengeluhkan perkembangan yang lambat pada persenjataan ringan, seperti senapan, pelindung tubuh dan peralatan komunikasi.
Padahal, pemerintah telah mengalokasikan anggaran militer US$ 614 miliar setara Rp 5.761 triliun hingga tahun 2020. \"Kita perlu solusi baru untuk melengkapi tentara kita. Saya minta riset lagi,\" kata Putin dalam pertemuan Program Pengembangan Peralatan Perang Infanteri Lintas Darat dan Udara di Sochi, Selasa 3 Juli 2012.
Dalam catatannya, penelitian dan pengembangan senjata ringan baru menyumbang 10 persen dari produksi dan penjualan senjata Rusia. Ia mengakui produksi dan riset senjata berat, seperti roket, memang penting namun tidak boleh mengabaikan senjata ringan. \"Lebih dari 75 persen anggaran habis untuk senjata berat. Ini telah mengacaukan keseimbangan,\" katanya.
Pemerintah telah mengagendakan pengadaan 10 peluncur rudal taktis, sembilan sistem rudal pertahanan udara S-300 V4, 2.300 tank, 2.000 sistem artileri dan senjata genggam, dan 30 ribu kendaraan perang. \"Semuanya akan masuk dalam anggaran,\" katanya. Tapi di luar itu, seperti pengembangan sistem kontrol baru dan sistem komunikasi, sistem pengintaian canggih juga harus masuk agenda.
RIA NOVOSTI, EKO ARI
Terkait: