TEMPO.CO, Yogyakarta - Menteri pendidikan anggota East Asia Summit berkumpul selama tiga hari hingga 5 Juli 2012 besok di Yogyakarta guna membahas kerja sama bidang pendidikan antara negara maju dengan negara ASEAN.
Sebagai pembukaan kegiatan yang baru pertama kali digelar itu, pada Selasa malam rombongan yang dipimpin Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia M. Nuh itu bersilaturahmi dengan Raja Keraton Yogyakarta di kediamannya. Sekitar 125 anggota delegasi dari 18 negara tersebut sempat menyambangi Museum Sultan Hamengku Buwono IX sebelum menggelar paparan kegiatannya.
Kerabat Keraton Yogyakarta turut mendampingi rombongan itu, seperti KGPH Hadiwinata, GBPH Joyokusumo, GBPH Prabukusumo, GBPH Yudhaningrat, GBPH Cakraningrat, GBPH Condroningrat. Juga, ada putri HB X, GKR Maduretno. Kegiatan yang dipusatkan di Hotel Sheraton Yogyakarta itu melibatkan 10 negara ASEAN ditambah Korea Selatan, Cina, Jepang, Amerika Serikat, Rusia, Selandia Baru, India, dan Australia.
Muhammad Nuh mengungkapkan dalam kegiatan yang mengusung tema \"Straightening Global Partnership for Education and Humanity\" itu akan membahas kerja sama untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang makin baik antarnegara. “Seperti dalam kesepakatan EAS Action Plan 2011-2016, termuat rencana strategis apa saja yang akan dilakukan dalam kerja sama tersebut. Juga akan dibahas peningkatan mobilitas pelajar di antara negera peserta EAS.
Salah satu bahasan dalam pertemuan itu, kata Nuh, adalah terbentuknya satu platform mutu pendidikan sebagai rencana strategis meningkatkan kualitas di antara negara peserta dan menghilangkan kesenjangan kualitas satu negara dan lainnya. Di akhir pertemuan akan ada pernyataan bersama dari semua menteri serta diadakan peluncuran buku Education Policy.
Sultan HB X menuturkan Indonesia sebagai tuan rumah melalui pertemuan itu turut bisa meningkatkan mutu pendidikannya dengan saling belajar dengan negara yang terlibat.
Tujuan akhirnya adalah semoga ada penyetaraan mutu pendidikan antara negara-negara anggota EAS sehingga lulusan negara satu bisa bekerja di negara anggota yang lain. \"Kerja sama pendidikan diharapkan lebih solid,\" kata M. Nuh.
Dari rencana menyusun satu platform mutu pendidikan bersama di negara-negara EAS diharapkan pula lulusan dari negara yang satu ijazahnya diakui oleh negara lainnya sehingga bisa bekerja di negara itu.
PRIBADI WICAKSONO
Berita Menarik Lain
MUI Bolehkan Vasektomi
Presiden Berwenang Cairkan Anggaran Gedung KPK
Dana MTQ Internasional dari Iran Dibantah
Siswa Jember Temukan Cara Deteksi Boraks di Jajanan