TEMPO.CO , Jakarta: Krisis utang di Uni Eropa yang belum berakhir dan perekonomian Amerika Serikat yang juga masih belum pulih, bisa mengganggu kinerja ekspor beberapa komoditas ekspor utama Indonesia ke dua kawasan ini.
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) Anton Hendranata mengatakan, ekspor minyak sawit (CPO), karet, alas kaki atau sepatu, serta tekstil ke Uni Eropa dan Amerika Serikat . Karena itu, Indonesia harus mewaspadai kinerja ekspor komoditas-komoditas ini,
Menurut Anton, ekspor komoditas perkebunan dan manufaktur hingga saat ini (year to date) mencapai rekor pertumbuhan negatif, masing-masing minus 2,6 persen (year on year) dan minus 3,1 persen (year on year). Sebaliknya, ekspor komoditas pertambangan masih tumbuh bagus dengan pertumbuhan 12,7 persen (year on year).
“Kami juga memperkirakan ekspor komoditas pertambangan akan melambat. Apalagi, pemerintah mengenakan pajak ekspor ke sebagian besar bahan baku mentah di sektor ini,” kata Anton.
Dia menambahkan, perdagangan internasional pada Mei yang dirilis Badan Pusat Statistik (Senin, 2 Juli 2012) lebih rendah dari consensus. Defisit neraca perdagangan mencapai rekor, hanya sedikit lebih baik dari data April.
“Data ekspor memperlihatkan terjadinya kontraksi minus 8,5 persen (year on year), sementara laju impor secara tidak terduga naik 16,1 persen (year on year),” ujarnya.
Krisis ekonomi, dia melanjutkan, akan terus memakan korban terhadap perekonomian global. Sistem perdagangan global dengan antarnegara saling memiliki ketergantungan yang sangat tinggi, membawa dampak krisis Eropa meluas.
Ekspor China dan Amerika Serikat year to date ke Uni Eropa dilaporkan mengalami penurunan tajam, masing-masing ke 0,8 persen (year on year) dan 8 persen (year on year). Sementara ekspor India dan Jepang ke Uni Eropa hingga saat ini mengalami kontraksi (penurunan), masing-masing sebesar 10 persen (year on year) dan 8,6 persen (year on year).
“Dari semua berita buruk ini adalah turunnya ekspor Indonesia. Cina, Uni Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat masih menjadi tujuan utama ekspor Indonesia,” kata Anton.
Selama periode Januari-Mei 2012, ekspor ke Amerika Serikat turun 6,3 persen (year on year), ke Jepang turun 0,9 persen (year on year), dan ke Uni Eropa turun 12,1 persen (year on year).
Badan Pusat Statistik telah merilis ekspor impor Indonesia. Nilai ekspor pada Mei 2012 kembali melemah, turun 8,55 persen ke US$ 16,72 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Anjloknya ekspor antara lain disebabkan oleh penurunan ekspor non-minyak dan gas sebesar 7,72 persen dan ekspor migas sebesar 11,41 persen.
\"Dibanding tahun sebelumnya memang turun. Tapi secara kumulatif, nilai ekspor pada Januari hingga Mei 2012 meningkat,\" kata Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin, saat merilis data BPS di kantornya, Senin, 2 Juli 2012.
GRACE S GANDHI
Terkait dan Berita Lainnya:
Ekspor Mei Turun 8 Persen
BI Ancam Denda Ribuan Eksportir
Ekspor Ikan ke Eropa Kian Sulit
100 Eksportir Parkir Dana di Luar Negeri
Ekspor Bijih Mineral Akan Dibatasi
Aturan Impor Barang Jadi Segera Keluar
Indonesia-Australia Kembangkan Peternakan Sapi
Alasan Agus Marto Merevisi Perpres Selat Sunda
Manufaktur AS Kontraksi, Wall Street Ditutup Beragam
PT KAI Akui Sinyal Keretanya Tidak Layak
Penerbangan Melonjak, Bandara Buka Tengah Malam
Penjualan Honda Capai Rekor Tertinggi