TEMPO.CO, Pontianak - Wakil Presiden RI Boediono, Selasa 3 Juli 2012 malam membuka Musabaqah Tilawatil Qur\'an Internasional I di Pontianak, Kalimantan Barat. Tak kurang 40 tamu kehormatan, 1.500 tamu VIP, dan 2.500 santri seluruh Kalbar dan 1.500 kafilah.
Wapres Boediono hadir didampingi Menpera Djan Faridz, Wamen Agama Nazaruddin Umar, Wamen PU Hermanto Dardak, Ketum PBNU Said Aqil Siradj, beserta rombongan. MTQ tersebut digelar bersamaan dengan MTQ Nasional VII dan Munas IV Jam\'iyyatul Qurra\' Wal Huffazh untuk kalangan pondok pesantren dan Nahdlatul Ulama.
Menjelang penyelenggaraan MTQ Internasional pertama di Kalimantan Barat ini, beredar rumor dana penyelenggaran berasal dari Iran. Dalam pembukaan MTQ Internasional I, hal ini dibantah keras oleh penyelenggara.
\"Sekarang ini ada rumor lewat SMS bahwa penyelenggaraan MTQ ini didanai oleh Iran. Itu tidak benar,\" kata Ketua Jami\'yyatul Qurra\' Wal Hufazh, Abdul Muhaimin Zen, saat membuka pelaksanaan MTQ di Stadion Sultan Syarif Abdurahman, Pontianak, Selasa.
Dia menjelaskan ada sejumlah sponsor yang mendanai perhelatan akbar di kalangan pondok pesantren itu. Zen menyebutkan, di antaranya adalah Pemerintah Provinsi Kalbar, Bank Mandiri, serta Lyman Group.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menyediakan dana Rp 3 miliar dari anggaran pendapatan belanja daerah provinsi. Ketua NU Kalbar Muhammad Zeet Hamdy Assovie menyatakan, selain dari pemerintah provinsi, adapula dana dari beberapa sponsor.
Peserta tidak hanya diikuti oleh negara-negara ASEAN, tetapi juga dari Timur Tengah dan Eropa. Negara yang sudah memastikan diri ikut serta adalah Mesir, Irak, Suriah, Rusia dan Kazakhstan.
Di bagian lain, dalam kesempatan yang sama, Ketua PB Nahdlatul Ulama, Said Agil Siraj, mengatakan, NU sangat menentang gerakan radikal, anarkis dan teroris. Selain itu, dia menekankan, Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan, tetapi mengedepankan toleransi.
\"Gerakan-gerakan radikal harus kita berantas bersama karena tidak ada kekerasan seperti yang diajarkan dalam Al-Quran,\" kata Said.
Dia mengatakan, kepada warga NU ditekankan untuk bersikap tawasuf karena Islam mengajarkan pengikutnya untuk tawasuf. \"Selain itu, Islam sangat mengedepankan toleransi,\" katanya.
Allah SWT sendiri mengajarkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk tidak mengajarkan Islam dengan kekerasan. Said mengatakan, bukan Indonesia jika didalamnya tidak ada umat Katolik, Kristen, Budha, Hindu, atau Kaharingan sekali pun.
Jika Tuhan menghendaki, lanjutnya, dalam salah satu ayat di Al Quran menyebutkan, bisa saja seluruh umat di muka bumi adalah Islam. Tetapi, Allah bahkan menyatakan kepada Muhammad SAW, bahwa Ia mengizinkan adanya tempat ibadah lain di muka bumi.
ASEANTY PAHLEVI