TEMPO.CO, Jakarta - Melemahnya mata uang euro akibat sikap hati-hati pasar mengantisipasi hasil dari pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) membebani apresiasi rupiah.
Di transaksi pasar uang hari ini, Kamis, 5 Juli 2012, rupiah akhirnya ditutup melemah 14 poin (0,15 persen) ke level 9.381 per dolar Amerika Serikat (AS), sekaligus menghentikan apresiasinya selama empat hari berturut-turut sebelumnya.
Pertemuan para pejabat ECB malam ini yang diperkirakan akan memangkas suku bunga menjadi 0,75 persen dari posisi saat ini 1 persen membuat mata uang regional cenderung melemah terhadap dolar AS.
Menjelang pertemuan tersebut, mata uang euro melemah 0,0016 poin (0,13 persen) ke US$ 1,2512 hingga pukul 17.15 WIB. Pound sterling melemah 0,0020 poin (0,13 persen) ke US$ 1.5570, Swiss franc melemah 0,0015 poin (0,16 persen) ke 0,9602 per dolar AS, sementara yen menguat 0,1700 poin (0,21 persen) ke 79,71 per dolar AS.
“Pemangkasan suku bunga menandakan perekonomian Eropa mengalami masalah yang cukup serius, sehingga tidak baik bagi mata uang Eropa, yang akhirnya berimbas terhadap rupiah,” kata Yohanes Ginting, pengamat pasar uang dari PT Monex Investindo Futures.
Kekhawatiran pelaku pasar masih belum mereda menyusul meluasnya krisis utang Eropa dan antisipasi perlambatan ekonomi global. Karena itu, keputusan ECB dan rilis data pengangguran di AS pada Jumat besok menjadi perhatian investor. “Mereka memilih bersikap hati-hati dan cenderung melakukan aksi ambil untung,” tuturnya.
Meski demikian, ia optimistis pelemahan rupiah masih terbatas karena fundamental ekonomi dalam negeri masih solid, investor asing juga masih banyak yang tertarik untuk menanamkan modal di Indonesia. “Pergerakan rupiah cukup sempit, sekitar 30-40 poin. Jadi memang lebih dibebani faktor eksternal,” ucapnya.
PDAT | M AZHAR