TEMPO.CO, Malang - Sebanyak delapan warga Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengalami luka-luka setelah bentrok melawan prajurit TNI Angkatan Darat dari Batalyon Zeni Tempur V Kepanjen, Malang, Jawa Timur sore tadi.
Bentrokan terjadi di sekitar kantor Perkebunan Tlogorejo Baru yang Kamis kemarin disegel dan dipatoki warga. Perkebunan ini dikelola pihak swasta yang menyewa dari Pusat Koperasi Angkatan Darat (Puskopad) Komando Daerah Militer Brawijaya. Warga menuntut 620 dari luas 666 hektare tanah perkebunan dikembalikan ke mereka.
Ketua Paguyuban Kelompok Tani Desa Harjokuncaran, Hadi Suyatno, mengatakan ada empat warga (Fathurrozi, Hariadi, Haryanto, dan Budi) mengalami luka di bagian kepala akibat dipentungi dan ditendang. Sedangkan Masturi, Suli, Munadi, dan Hadi Suyatno mengalami memar-memar di bagian punggung, dada, perut, kaki, dan tangan.
“Saya sendiri mengalami memar di bagian perut dan tangan. Posisi saya saat kejadian berada di depan,” kata Hadi Suyatno kepada Tempo. Mereka kemudian menjalani visum di klinik Markas Kepolisian Sektor Sumbermanjing Wetan.
Menurut Suyatno, bentrokan berlangsung selama 30 menit. Seluruh prajurit datang dengan menumpang tiga truk tentara. Selain mereka ada personel provost, personel Komando Distrik Militer 0818 Malang, dan personel Komando Rayon Militer setempat.
Tidak ada prajurit yang tampak membawa senjata tajam kecuali pentungan dan tameng. Prajurit-prajurit itu datang setelah salat Jumat dan langsung mengambil posisi di kantor Perkebunan Tlogorejo Baru, terpaut jarak sekitar 150 meter dari posisi warga.
Sebelum terjadi bentrok, warga melakukan pertemuan dengan Kepala Kepolisian Sektor Sumbermanjing Wetan Ajun Komisaris Farid Fathoni. Farid meminta warga menahan diri. Sementara warga meminta seluruh prajurit ditarik dari tanah sengketa.
Pihak Puskopad belum bisa diminta keterangan. Segala keterangan dari TNI diminta langsung menghubungi pihak penerangan Kodam Brawijaya di Surabaya.
ABDI PURMONO