Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bupati Buol, Penghuni Pria Pertama Rutan KPK

image-gnews
Tersangka kasus suap penerbitan HGU perusahaan sawit Hardaya Inti Plantation, Bupati Buol Amran Batalipu digiring petugas saat memasuki gedung KPK, Jakarta, Jumat (6/7). TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Tersangka kasus suap penerbitan HGU perusahaan sawit Hardaya Inti Plantation, Bupati Buol Amran Batalipu digiring petugas saat memasuki gedung KPK, Jakarta, Jumat (6/7). TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bupati Buol, Sulawesi Tengah, Amran Batalipu, adalah tersangka pertama yang ditahan di Rumah Tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan mengenakan baju tahanan. Amran menggunakan baju tahanan saat keluar melalui pintu depan kantor KPK menuju rutan. Rutan itu berada di lantai dasar.

"Ya, dia sudah dipakaikan baju tahanan," kata Kepala Bagian Pemberitaan KPK Priharsa Nugraha, Jumat, 6 Juli 2012.

Baju tahanan itu berwarna putih lengan panjang, menyerupai jaket. Di bagian punggung bertuliskan "TAHANAN KPK". Tulisan yang semuanya huruf kapital tersebut berwarna hitam, kecuali huruf "P" pada kata "KPK" yang berwarna merah.

KPK menggiring Amran menuju rutan sekitar pukul 22.40 WIB. Amran berjalan sambil dikawal beberapa petugas keamanan KPK. Amran sama sekali tidak berkomentar kepada wartawan. Dia hanya tertunduk sambil sesekali menyembunyikan mukanya dari sorotan kamera.

Priharsa mengatakan Amran ditahan di Rutan KPK selama 20 hari ke depan. "Atas pertimbangan penyidikan, dia ditahan selama 20 hari ke depan," kata dia.

Amran tertangkap di kediamannya, Jumat dinihari. Komisi antirasuah merancang sejak awal penangkapan terhadap Bupati Buol tersebut karena pertimbangan keamanan. Komisi Pemberantasan Korupsi bahkan menunggu lama sampai merangsek masuk kediaman Amran, kemudian mencokoknya.

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengatakan penangkapan terhadap Amran tidak mudah. Sebab, di depan kediamannya, berkerumum massa yang mendirikan tenda. Ada juga senjata tajam yang tergeletak di antara massa. "Itu sebabnya KPK bertindak smart dan hati-hati," kata Bambang saat konferensi pers.

Menurut Bambang, tim KPK bersama petugas keamanan sudah mengawasi kediaman Amran sejak Kamis. Setelah massa di rumah Amran berkurang, pukul 03.30, tim KPK bergerak. Mulanya, kata Bambang, tim mengetuk pintu. Karena pintu tidak dibuka, tim mendobraknya. "Prosesnya tidak lama, hanya 3-5 menit," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dia mengatakan KPK menjemput paksa Amran karena mangkir dari pemanggilannya sebagai tersangka untuk diperiksa Kamis kemarin. Amran tersangka dengan Pasal 5 ayat (2), Pasal 11, Pasal 12 huruf a atau b Undang-Undang Pemberantasan Korupsi.

Kasus Amran berawal dari tertangkapnya General Manager Hardaya Inti Plantation Yani Anshori di vila milik politikus Partai Golkar itu. Amran kala itu berada di lokasi. Tapi pengawal Amran melawan sehingga bos mereka bisa kabur. Bahkan mobil Amran menabrak sepeda motor petugas KPK.

Sehari kemudian, KPK mencokok kolega Anshori bernama Gondo Sudjoyo, Dedi Kurniawan, dan Sukirman, di Bandara Soekarno-Hatta. Ketiganya ikut bersama Anshori di Buol saat pemberian suap, namun kabur. Hanya Gondo yang dijadikan tersangka. Dua orang lainnya berstatus saksi.

Anshori dan Gondo berperan sebagai pemberi suap kepada Amran terkait dengan penerbitan hak guna usaha perkebunan PT Cipta Cakra Murdaya dan PT Hardaya Inti Plantation di Kecamatan Bukal. Dua perusahaan ini adalah milik Siti Hartati Murdaya. Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat ini pun sudah dicegah ke luar negeri beserta beberapa anak buahnya.

Bambang mengatakan, pada peristiwa tangkap tangan tersebut, KPK bertindak tegas. Kala itu, komisi antirasuah menduga Amran melakukan perlawanan. Bahkan pendukung Amran mengancam petugas KPK. Akhirnya penangkapan tersebut sangat hati-hati.

RUSMAN PARAQBUEQ

Berita Terkait:
Saat Ditangkap, Bupati Buol Pakai Sarung

Hari Ini, Bupati Buol Akhirnya Ditangkap
KPK Bakal Perberat Sangkaan ke Bupati Buol
Hari Ini, Menteri Agung Laksono akan Diperiksa KPK

Direktur Perusahaan Hartati Murdaya Bungkam

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Remisi Fahd dan Murdaya Bukan Pelaku Pelapor

10 September 2014

Fahd el Fouz atau Fahd A Rafiq TEMPO/Seto Wardhana.
Remisi Fahd dan Murdaya Bukan Pelaku Pelapor

Pemberian pembebasan bersyarat kepada Fahd El Fouz dan Hartati Murdaya bukan sebagai pelaku pelapor.Ada tiga koruptor lagi diberi pembebasan bersyarat


KPK Tolak Pembebasan Bersyarat Hartati Murdaya  

2 September 2014

Terdakwa kasus suap pengurusan sertifikat Hak Guna Usaha dan Izin Usaha Perkebunan lahan kelapa sawit di Kabupaten Buol, Siti Hartati Murdaya. TEMPO/Dhemas Reviyanto
KPK Tolak Pembebasan Bersyarat Hartati Murdaya  

Pembebasan bersyarat yang diberikan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia kepada Hartati Murdaya dinilai tidak memenuhi syarat.


Jaksa Tuntut Eks-Pegawai Hartati 4 Tahun Bui  

2 Desember 2013

Tersangka kasus pengurusan hak guna usaha PT Hardaya Inti Plantation (HIP) di Buol, Toto Listyo. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Jaksa Tuntut Eks-Pegawai Hartati 4 Tahun Bui  

Totok menyatakan akan mengajukan pembelaan atau pleidoi.


Pegawai Hartati Murdaya Terancam Dibui 5 Tahun  

24 Oktober 2013

Direktur PT Hardaya Inti Plantation, Totok Lestiyo. TEMPO/Seto Wardhana
Pegawai Hartati Murdaya Terancam Dibui 5 Tahun  

Totok Lestiyo dinilai berperan menyuap Rp 3 miliar kepada Amran Batalipu yang waktu itu menjabat Bupati Buol.


Anak Buah Hartati Murdaya Akhirnya Ditahan

24 September 2013

Tersangka kasus pengurusan hak guna usaha PT Hardaya Inti Plantation (HIP) di Buol, Toto Listyo. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Anak Buah Hartati Murdaya Akhirnya Ditahan

Seperti biasa, Toto mogok bicara


Keluar Penjara, Anak Buah Hartati Diperiksa KPK  

23 Juli 2013

Siti Hartati Murdaya dikawal ajudannya menuju ruang sidang untuk menjalani sidang lanjutan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (21/1). Sidang ini beragendakan membacakan nota pembelaan (Pledoi) terkait kasus dugaan suap pengurusan Ijin Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan kelapa sawit Kabupaten Buol. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Keluar Penjara, Anak Buah Hartati Diperiksa KPK  

Gondo sebelumnya telah divonis 1 tahun penjara dan denda Rp 50 juta subsider 3 bulan.


Bekas Bupati Buol Amran Divonis 7,5 Tahun Penjara

11 Februari 2013

Terdakwa kasus korupsi HGU Perkebunan Sawit di Kabupaten Buol, Amran Batalipu. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Bekas Bupati Buol Amran Divonis 7,5 Tahun Penjara

Vonis ini lebih ringan dari tuntutan jaksa, yakni hukuman 12 tahun penjara.


Hartati Divonis, Petani Buol Demo  

4 Februari 2013

Terdakwa kasus suap pengurusan sertifikat Hak Guna Usaha dan Izin Usaha Perkebunan lahan kelapa sawit di Kabupaten Buol, Siti Hartati Murdaya. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Hartati Divonis, Petani Buol Demo  

Ketika Hartati divonis, penguasaan lahan perusahaannya di Buol digugat massa.


Hartati: Saya Tidak Menyuap, Uang Saya Diambil  

4 Februari 2013

Terdakwa kasus suap pengurusan sertifikat Hak Guna Usaha dan Izin Usaha Perkebunan lahan kelapa sawit di Kabupaten Buol, Siti Hartati Murdaya. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Hartati: Saya Tidak Menyuap, Uang Saya Diambil  

Sampai vonis diketok, Hartati Murdaya membantah tuduhan suap.


Hartati: Saya Korban Kebijakan Pemerintah  

4 Februari 2013

Siti Hartati Murdaya. ANTARA/Andika Wahyu
Hartati: Saya Korban Kebijakan Pemerintah  

Hartati mengklaim divonis akibat undang-undang yang tak pas.