TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Jenderal Kerjasama Internasional Kementerian Perdagangan, Iman Pambagio mengatakan pemerintah Indonesia menargetkan peningkatan volume perdagangan dengan Brasil hingga US$ 20 miliar dalam lima tahun ke depan. "Itu masih hitung-hitungan kasar dan masih banyak yang harus dikerjakan," katanya di Jakarta, Senin 9 Juli 2012.
Menurut dia, Forum Bisnis Asean-Latin bisa menjadi momentum tepat bagi peningkatan perdagangan Indonesia dengan salah satu raksasa ekonomi Amerika Latin tersebut. Dengan posisi sebagai negara termaju di kawasan, negara samba memiliki posisi penting dalam perdagangan Indonesia ke depan. “Forum ini untuk mencoba mewujudkan itu, kami tidak muluk muluk targetnya," katanya.
Saat forum berlangsung kata dia, kedua negara telah bertemu dan memberikan gambaran kepada delegasi kedua negara mengenai potensi ekonomi. Termasuk posisi perekonomian Indonesia saat ini di Asia. "Dari situ kita bahas apa yang bisa kita lakukan bersama-sama."
Dalam ekpansi usaha, lanjut Iman, negeri penghasil kopi terbesar di dunia itu memliki 85 kantor perdagangan di seluruh dunia. Jumlah ini hampir empat kali lipat dibanding Indonesia yang hanya 24 kantor cabang, "Jadi mereka sangat ekspansif mungkin itu juga bisa kita pelajari, semacam state owner enterprises namanya," ujarnya.
Iman menegaskan, pertemuan lanjutan dengan Brasil ini dilandasi bukan karena ekonomi Amerika dan Eropa saat ini memburuk. Namun lebih disebabkan adanya persamaan untuk melebarkan sayap bisnis perdagangan kedua negara berkembang tersebut. "Dan itu disambut juga pihak Brazil kalau mereka melihat Indonesia sebagai negara yang semakin penting di kawasan baik Asia Tenggara, Asia bahkan dunia.".
Sebagai gambaran, dalam beberapa pertemuan bilateral, Brasil sering mengutarakan ketertarikannya untuk berinvestasi di Indonesia. Beberapa sektor yang diincar yakni sektor makanan yang meliputi pertanian dan peternakan, energi, pertambangan, transportasi udara hingga dunia pariwisata.
Dalam 10 tahun terakhir, volume perdagangan Brasil dan Indonesia tumbuh rata 25 persen per tahun, dari posisi US$ 210 juta 2001, menjadi US$ 2,8 miliar di 2012. Bahkan peningkatan ini diprediksi terus berlanjut untuk tahun-tahun berikutnya.
JAYADI SUPRIADIN