Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Trik Menghilang ala Houdini di Antariksa

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO , San Diego - Para astronom menemukan temuan yang mengherankan, yang tak pernah terlihat sebelumnya, yaitu menghilangnya awan debu raksasa yang tadinya mengelilingi sebuah bintang. Begitu misteriusnya awan debu ini membuat para astronom mengibaratkannya sebagai trik menghilang pesulap legendaris, Harry Houdini.     

"Lenyapnya debu itu bagai trik pesulap klasik. Saat ini Anda melihatnya, detik berikutnya dia lenyap," kata Carl Melis, peneliti di University of California, San Diego, yang menjadi peneliti utama riset ini. "Hanya, dalam kasus ini, kami membicarakan sekumpulan debu yang cukup untuk mengisi tata surya bagian dalam dan debu itu mendadak hilang."

Benjamin Zuckerman, dosen fisika dan astronomi di University of California, Los Angeles, menyatakan bahwa peristiwa menghilangnya awan debu raksasa itu seperti  bila cincin yang mengelilingi planet Saturnus menghilang. "Peristiwa ini malah lebih mengejutkan karena cakram debu dari puing batu itu jauh lebih besar dan lebih luas daripada cincin Saturnus," ujar Zuckerman, yang juga terlibat dalam riset tersebut. "Cakram yang mengelilingi bintang itu, jika berada dalam tata surya kita, akan membentang hingga separuh jarak matahari ke bumi, dekat orbit Merkurius."

Riset tentang aksi menghilang di antariksa itu, yang terjadi di sekitar bintang yang berjarak 450 tahun cahaya dari bumi, arah konstelasi Centaurus, diterbitkan dalam jurnal Nature pada awal Juli ini.

"Penemuan ini membingungkan karena kami tidak mempunyai penjelasan yang memuaskan untuk menjelaskan apa yang terjadi di sekitar bintang itu," kata Melis. "Lenyapnya debu ini tampaknya bebas dari pengaruh bintang karena tak ada bukti bahwa bintang itu menghancurkan debu itu dengan sejenis badai matahari besar atau peristiwa besar lain."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Melis menggambarkan bintang itu, yang dinamai TYC 8241 2652, sebagai bintang muda yang menyerupai matahari. Baru beberapa tahun lalu bintang itu memperlihatkan seluruh karakteristik "tuan rumah tata surya yang tengah terbentuk" sebelum berubah seutuhnya. Kini, sedikit material debu hangat yang diperkirakan berasal dari tumbukan planet baru masih terlihat jelas.

"Belum ada peristiwa seperti ini, yang pernah terlihat pada ratusan bintang, yang dipelajari para astronom untuk meneliti cincin debunya," kata Zuckerman. "Menghilangnya debu itu sangat cepat, bahkan dalam skala waktu manusia. Menghilangnya debu di TYC 8241 2652 begitu ganjil dan cepat sehingga awalnya saya mengira pengamatan kami keliru."

l SCIENCEDAILY | TJANDRA DEWI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

12 hari lalu

Petugas Kantor Kemenag Kota Sabang melakukan pemantauan hilal di Tugu Kilometer Nol Indonesia, Kota Sabang, Aceh, Minggu, 10 Maret 2024. Kementerian Agama menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 ANTARA/Khalis Surry
Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

Awal Syawal atau hari Lebaran 2024 diperkirakan akan seragam pada Rabu, 10 April 2024. Berikut ini penjelasan astronom BRIN soal posisi hilal terkini.


Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

17 hari lalu

Komet 12P/Pons-Brooks terlihat setelah letusan besar pada 20 Juli 2023. Tanduk khas dalam letusan itu menjadikan komet ini disebut sebagai komet setan. Foto: Comet Chasers/Richard Miles
Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

Kondisi cuaca, polusi cahaya, dan sempitnya durasi bisa menghambat pengamatan Komet Setan.


Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

17 hari lalu

Pemandangan lintasan meteor di langit malam selama hujan meteor tahunan Perseid di Taman Nasional Shebenik, di Fushe Stude, Albania, 13 Agustus 2023. REUTERS/Florion Goga
Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

Sejumlah fenomena astronomi langka bakal terjadi sepanjang April 2024. Ada hujan meteor, gerhana matahari total, sampai okultasi bintang Antares.


Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

18 hari lalu

Gambaran orbit elips komet 12P/Pons-Brooks yang akan melontarkan 'komet setan' itu mengelilingi matahari pada 2024. Foto: SpaceReference.org
Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

Komet 12P/Pons-Brooks alias komet setan menuju titik terdekatnya dengan matahari dan bumi. Pakar astronomi membantah isu tanda kiamat.


Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

2 Februari 2024

Pegawai BMKG menunjukkan bagan prediksi cuaca di Kantor BMKG Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. (ANTARA/Katriana)
Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

Ingin bekerja di Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika? Berikut 5 program studi di perguruan tinggi yang dibutuhkan BMKG.


Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

6 Januari 2024

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

Ada lima gerhana bulan dan matahari yang akan terjadi pada tahun 2024.


Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

5 Desember 2023

Hujan meteor Geminid. (nasa.gov)
Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

Beberapa fenomena astronomi mewarnai langit malam Desember 2023.


Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

4 Oktober 2023

Gerhana Bulan terlihat di Bangkok, Thailand, 8 November 2022. REUTERS/Athit Perawongmetha
Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

Gerhana bulan akan terjadi pada Ahad dini hari, 29 Oktober 2023.


Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

6 September 2023

Olimpiade Sains Nasional atau OSN 2023. Dok. Puspresnas
Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

DKI Jakarta meraih juara umum pada Olimpiade Sains Nasional atau OSN 2023 dengan total 71 medali.


Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

4 September 2023

Dzaky Radiansyah bersama medali perak yang diraihnya di International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOOA) ke-16 2023. Foto: Pribadi
Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

Dzaky mengaku menyukai astronomi sejak kelas 3 SMP.