TEMPO.CO, Jepara- Pasangan remaja itu tertawa cekikikan sambil memainkan karet kondom. Kala itu, ketuanya sedang menikmati indahnya Pantai Pungkruk menjelang senja. Sebut saja mereka dengan Eko dan Santi. Warga Semarang itu datang berdua dengan berboncengan sepeda motor.
Layaknya suami-istri, Eko dan Santi tampak lengket. Setelah itu, mereka masuk ke salah satu kafe dan larut dalam bilik kamar. "Kondom ini saya dapat secara gratis," kata Eko, Senin 9 Juli 2012 petang lalu.
Pantai Pungkruk merupakan tempat rekreasi di Desa Mororejo, Kecamatan Mlonggo, Jepara. Sejak dikembangkan dua tahun lalu, di kawasan itu dibangun berbagai fasilitas, antara lain jalan di tepi pantai, trotoar, lingkungan, dan taman yang dilengkapi dengan arena bermain anak.
Ke depan, pantai itu akan terus berhias diri. Sebab, pemerintah telah menganggarkan Rp 15 miliar. "Uang yang sudah dikucurkan sekitar Rp 2 miliar," kata Zamroni Lestiaza, Kepala Bidang Pengembangan dan Pengelolaan Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara.
Dengan adanya pembenahan itu, kini di pantai tersebut berdiri puluhan kafe dan tempat hiburan malam, yang sempat meresahkan sebagian warga karena sering digunakan sebagai tempat prostitusi. Dugaan warga nyaris nyata setelah di lokasi itu dibuka 20 “outlet” kondom. "Kondom itu diberikan secara gratis bagi peminat," kata Joko Wahyu, Manajer Pantai Pungkruk.
Memang, kebijakan itu bisa menimbulkan persepsi negatif meski tujuannya baik. "Kawasan Pungkruk bukan tempat lokalisasi," kata Joko menegaskan. Tujuan dibukanya “outlet” kondom, menurut dia, untuk pencegahan penyakit HIV/AIDS.
Tentu saja pemilik kafe di kawasan Pungkruk yang terkena imbasnya. "Pengunjung mulai turun sehingga kafe sepi," kata Syafii, pemilik salah satu kafe di Pungkruk. Sebelum dioperasikan “outlet” kondom, kata Syafii, pemasukan kafe mencapai puluhan juta rupiah setiap hari. "Kini hanya jutaan," kata Syafii.
“Outlet” kondom bukan untuk pekerja seks. "Outlet” kondom itu untuk mereka yang berisiko tinggi atau rentan tertular HIV/AIDS dan dibagikan gratis," kata Bambang Dwiposuwignyo, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Jepara. Masalahnya, pengidap HIV/AIDS di Jepara tergolong tinggi.
BANDELAN AMARUDIN