TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk menargetkan laba bersih sebesar Rp 1,2 triliun hingga akhir tahun ini. "Hingga Juni 2012 laba kami sekitar Rp 500 miliar," kata Direktur Utama Bank Jatim, Hadi Sukrianto, usai acara pencatatan saham di BEI, Kamis, 12 Juli 2012.
Perolehan laba ini bakal didorong dari penyaluran kredit perseroan yang sebentar lagi mencapai target sebesar Rp 19 triliun. "Kredit kami hingga Juni sudah mencapai Rp 18 triliun. Berarti tinggal Rp 1 triliun lagi perseroan untuk mencapai target," ujarnya.
Setelah melaksanakan IPO, kata Hadi, Bank Jatim tidak akan menggulirkan dana segar yang didapat sebesar Rp 1,28 triliun itu secepatnya. Namun perseroan tetap akan fokus untuk memberikan kredit di sektor UKM. "Kalau memungkinkan kami akan salurkan ke debitur yang telah siap atau kepada proyek infrastruktur. Namun sementara ini dana hasil IPO mungkin diendapkan dulu karena belum semua UKM sudah siap," katanya.
Adapun target kredit tahun ini tumbuh dari pencapain 2011 yang sebesar Rp 16 triliun. "Target pertumbuhan kredit kita tahun ini di kisaran 20-22 persen. Sedangkan dana pihak ketiga kita harap tumbuh 16,3 persen," kata Hadi.
Dari sisi CAR, setelah IPO akan berada di posisi 22 persen, menguat dari posisi 2010 yang masih di level 16 persen. Memang untuk menjadi BPD Regional Champion di 2014, setiap BPD ditargetkan oleh Bank Indonesia minimal memiliki CAR di level 20 persen. Dengan modal yang cukup, Hadi optimistis dapat mendorong perekonomian di Jawa Timur. "Sektor UMKM memang menjadi fokus kami. Sekitar 83 persen kredit kami ke sektor ini. Sisanya ke korporasi. Cuma klasifikasi kredit UMKM Bank Jatim berbeda dengan bank-bank besar. Ke depan kami akan perkuat pendanaan ke sektor UMKM," katanya menjelaskan.
Di lain pihak, Gubernur Jawa Timur, Sukarwo, pada kesempatan yang sama mengatakan sektor UKM adalah salah satu sektor penggerak ekonomi di Jawa Timur. Dia menyebutkan tahun ini pihaknya menargetkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur di level 7,4- 7,5 persen. Untuk mencapai pertumbuhan tersebut butuh investasi hingga ratusan triliun rupiah.
SUTJI DECILYA