TEMPO.CO, Yogyakarta - Kehadiran hantu bagi fotografer Angki Purbandono rupanya menjadi salah satu kata kunci untuk membuat Indonesia menarik di mata dunia. Sebab, Indonesia kaya akan kisah-kisah hantu dengan segala rupa sebutan dan cerita yang berbeda di berbagai daerah.
Alasan itu pula yang mendorong pemuda berambut gimbal, yang diekor kuda, dan berkacamata itu menyiapkan Taman Hantu pada perhelatan ArtJog 2012 di Taman Budaya Yogyakarta pada 14-28 Juli 2012.
"Cerita hantu saya ambil sebagai daya tarik yang paling masuk akal untuk bisa dimengerti banyak orang, perlu pengalaman untuk melihat hantu dengan cara yang lain," kata Angki dalam pembukaan ArtJog ke-5, yang mengambil tema besar "Looking East-A Gaze Upon Indonesian Contemporary Art", pada Sabtu malam lalu.
Jadilah Angki memanfaatkan sepetak ruangan yang sengaja disekat-sekat untuk pameran. Di dalam gedung Taman Budaya Yogyakarta itu, Angki berpameran tunggal, dengan kepala-kepala tengkorak dalam kondisi aneka rupa. Ada tengkorak yang disisipkan di antara kapsul putih-merah, yang diberi judul "King of Capsule", atau tengkorak-tengkorak di antara bulir-bulir beras, yang disebutnya "Jewelry of Rice".
Di tangan Angki, tengkorak-tengkorak yang mestinya membuat nyali ciut, apalagi bila melihat giginya yang meringis, justru berubah kocak.
Meski Angki ahli fotografi, karya itu tak dipamerkan dalam bentuk foto. Lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta Jurusan Fotografi pada 1999 itu menampilkan Taman Hantu dalam bentuk scanography, yang merupakan karya terbarunya pada 2012. Karyanya itu dibuat dari 13 boks neon di dalam kotak aluminium composite.
Salah satu seniman yang dipilih menggarap program Commision Work bersama I Made Widya Diputra dan Joko Dwi Avianto ini menggunakan material lampu LED AC 220/110 untuk menerangi boks neon. Untuk material scaning, Angki memanfaatkan UV print on acrylic. Taman Hantu pun ditampilkan melalui media mesin scan. "Mesin scan itu wajib sebagai alat rekam sehingga saya bisa merekam dan menafsirkan kembali benda-benda itu lebih detail," kata Angki.
Tema Hantu disuguhkan oleh seniman lain, Sri Astari, lewat karya berjudul "Skeleton Woman and The Dragon". Sri menampilkan patung sosok perempuan, yang tinggal belulang dan tengkorak, dibalut kerudung dan gaun panjang warna hitam menjuntai hingga lantai.
Begitu pula halnya dengan karya seniman seni rupa Amerika Serikat yang kini tinggal di Bali, Ashley Bickerton, lewat empat karyanya berjudul "SH (ME)-White 1", "SH (ME)-White 2", "SH (ME)-Silver", dan "SH (ME)-Gold"'.
Lukisan-lukisan tiga dimensi itu menggambarkan bocah perempuan yang mempertontonkan wajah horor, seperti bola mata yang terbuat dari manik yang terlihat melotot tanpa pupil mata dan mulut yang menyeringai. Adapun seluruh wajah dan separuh tubuhnya hingga bagian dada dipoles cat akrilik.
Kurator ArtJog 2012, Bambang 'Toko' Wiitjaksono, membebaskan 155 seniman untuk menuangkan imajinasi mereka dalam ArtJog 2012. "Bangsa Barat pun mengakui eksotisme dunia luar merangsang imajinasi mereka," kata Bambang. Tak terkecuali karya-karya imajinasi tentang sosok hantu, yang ikut berbaur dengan karya lain, yang ditampilkan dalam bentuk seni lukis, fotografi, patung, dan instalasi.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Berita Terkait:
Festival Seni Internasional ART|JOG Dibuka Besok
Pameran Raden Saleh Sedot Belasan Ribu Pengunjung
Yohanes Indra Juara Kompetisi Lukisan The 2nd UOB
Merajut Keindahan Monster Bawah Laut
Investor Seni Dinilai Masih Rendah